Mohon tunggu...
Athifatul Khusniyyati Qonitah
Athifatul Khusniyyati Qonitah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Gaul: Bentuk Perkembangan Bahasa atau Kemunduran?

10 Mei 2023   10:43 Diperbarui: 10 Mei 2023   10:53 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Abis kelas, kita nongkrong dulu yuk!" Mungkin kalimat tersebut tidak asing dalam kehidupan sehari-hari kalian. Pada masa modern ini, masyarakat, terutama remaja, banyak menciptakan bahasa gaul dari plesetan atau gabungan kata dalam bahasa Indonesia. Atau bahkan bahasa asing, misalnya, bahasa Inggris. Tentunya kata-kata seperti alay, gabut, salbrut, ytta, sudah akrab dengan telinga kalian. Namun, tahukah kalian? Dahulu, sekitar tahun 1980-an bahasa gaul lebih dikenal sebagai bahasa prokem. Pada awalnya bahasa gaul hanya ditujukan pada kelompok-kelompok tertentu saja, karena memang ditujukan sebagai pembeda dari kelompok-kelompok lain (zaman sekarang mungkin lebih dikenal dengan sebutan circle atau sirkel) sehingga orang yang bukan dari kelompok mereka tidak akan mengetahui maksud dari apa yang mereka ucapkan. 

Bahasa gaul terus berubah dan berkembang seiring berjalannya waktu. Banyaknya bermunculan bentuk-bentuk bahasa gaul mengakibatkan banyaknya remaja yang lebih tertarik menggunakan bahasa gaul dari pada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal, jika ditilik lebih jauh, sesungguhnya bahasa gaul dapat mempersulit komunikasi dalam komunikasi formal dalam lingkungan kantor, organisasi, sekolah, atau bahkan keluarga. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat kesenjangan pemahaman berbahasa antara remaja dan orang yang lebih tua, serta, bahasa gaul dianggap tidak sopan jika digunakan dalam lingkup instansi formal.

Bukti nyata dari sisi negatif bahasa gaul tersebut dapat dilihat pada bahasa yang digunakan pengguna media sosial seperti tiktok atau twitter. Selain menggunakan bahasa gaul dalam bahasa Indonesia, banyak yang menggunakan bahasa slang dalam bahasa inggris. Dari sini nampak bahwa penggunaan bahasa gaul memiliki sisi negatif terhadap masa depan bahasa Indonesia. Namun sesungguhnya tergantung pada kadar penggunaan serta kepada siapa kita menggunakan bahasa gaul, maka tidak akan menjadi masalah besar jika digunakan sesuai tempatnya. Kini tergantung pada generasi muda, bagaimana langkah dalam menjaga bahasa Indonesia yang baik serta tetap mengembangkan bahasa sesuai zaman yang terus berjalan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun