Qonita Sifa'ul Qolbi dan Sundahri
Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Korespondensi: Sundahri.faperta@unej.ac.id
PENDAHULUAN
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman kacang-kacangan yang digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati dan merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai permintaan yang cukup besar pada setiap tahunnya (Ningsih dkk., 2022). Berdasarkan data BPS tahun 2021 produksi kacang hijau di Indonesia mengalami penurunan jika dibandingkan jumlah produksi kacang hijau tahun 2020, dimana pada tahun 2021 jumlah produksi kacang hijau mencapai 211.176 ton dan pada tahun 2020 jumlah produksi kacang hijau mencapai 222.629 ton. Penurunan produksi kacang hijau dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penyerapan nutrisi oleh tanaman merupakan salah satu faktor penting, dimana penyerapan nutrisi oleh tanaman dipengaruhi oleh kondisi media tanam dimana tanaman dibudidayakan. Penyerapan hara oleh tanaman adalah proses penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hara merupakan unsur-unsur kimia yang diperlukan oleh tanaman untuk menjalani fungsi-fungsi biologisnya, seperti pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, dan metabolisme (Fauziah, 2021). Penyerapan hara oleh tanaman sendiri dilakukan pada organ akar tanaman. Penyerapan hara oleh akar tanaman melibatkan beberapa mekanisme, termasuk difusi, osmosis, dan pertukaran ion. Difusi adalah proses di mana unsur-unsur hara bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah di sekitar akar tanaman. Osmosis adalah pergerakan air melalui membran sel dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat (Novitasari, 2022). Pertukaran ion melibatkan pertukaran ion di permukaan akar dengan ion-ion sel yang ada di larutan tanah. Beberapa faktor dapat mempengaruhi penyerapan hara oleh tanaman, termasuk ketersediaan hara dalam tanah, pH tanah, suhu, kelembaban tanah, dan kondisi tanah. Permasalahan yang sering muncul pada tanah yakni cekaman pada tanah, salah satunya yakni cekaman logam berat. Cekaman aluminum merupakan cekaman yang terjadi karena adanya penumpukan unsur Al dalam tanah yang berdampak pada terhambatnya penyerapan hara oleh tanaman. Tingginya kadar Al dalam tanah menyebabkan tanah menjadi asam hal ini berdampak pada kapasitas tukar kation dalam tanah (Herison et al., 2020).
PEMBAHASAN
Tanaman membutuhkan berbagai macam nutrisi untuk pertumbuhan yang sehat. Nutrisi esensial untuk tanaman dibagi menjadi dua kelompok, yaitu nutrisi makro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium serta nutrisi mikro seperti besi, seng, dan tembaga (Fauziah, 2021). Tanaman memerlukan nutrisi ini dalam jumlah yang berbeda-beda, tetapi semua nutrisi tersebut penting untuk menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman. Penyerapan hara oleh tanaman dilakukan dengan dengan beberapa cara seperti difusi, osmosis, pertukaran ion dan penyerapan lewat akar. Proses penyerapan hara melalui akar dimulai dengan akar tanaman. Akar memiliki struktur yang disebut rambut akar, yang bertanggung jawab atas penyerapan hara dari larutan tanah di sekitarnya. Rambut akar memiliki permukaan yang luas dan halus untuk meningkatkan kemampuan penyerapan. Namun, proses penyerapan hara oleh tanaman melalui organ akar dapat terganggu jika di dalam tanah tercekam oleh logam berat seperti aluminium. Cekaman aluminium adalah masalah umum dalam pertanian, terutama di tanah-tanah dengan pH rendah (asam). Aluminium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Al3+ sehingga dapat menjadi toksik bagi tanaman jika terakumulasi dalam jumlah yang berlebihan dalam tanah (Agustiansyah & Timotiwu, 2021). Hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengganggu penyerapan nutrisi. Dampak yang ditimbulkan aluminium pada tanaman yakni merusak akar dan menghambat pertumbuhan akar. Dampak tersebut mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah. Selain itu, aluminium juga dapat mengganggu proses fisiologis tanaman, seperti metabolisme seluler dan sintesis protein. Dampak lain dari cekaman aluminium pada akar yakni pada perubahan morfologi akar tanaman kacang hijau. Akar tanaman yang tercekam aluminium memiliki ciri yakni tekstur akar yang lembut dan panjang akar yang menurun seiring dengan besarnya tingkat cekaman aluminium dalam media tanam (Milatuzzahroh et al., 2019). Sistem perakaran yang terganggu karena dampak cekaman aluminium dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kacang hijau menjadi tidak optimal, salah satu dampak tersebut yakni timbulnya klorosis pada tanaman kacang hijau. Klorosis terjadi karena kurangnya unsur nitrogen pada tubuh tanaman, sehingga tanaman tidak mampu untuk mempertahankan klorofil dalam tubuhnya. Selain itu pertumbuhan tanaman lebih rentan terserang hama dan penyakit. Tanaman yang terpapar cekaman aluminium cenderung menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan serangan hama. Ini disebabkan oleh penurunan kekebalan tanaman dan gangguan dalam sistem pertahanan tanaman. Cekaman aluminium dapat dikatakan cukup beresiko untuk pertumbuhan tanaman sehingga, diperlukan solusi untuk mengatasi tekaman aluminum yang terjadi pada tanaman. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi cekmakan aluminum yakni menggunakan varietas tahan cekaman aluminium, melakukan pengaturan pH tana ph dan melakukan kultur hara atau siklum pergantian unsur hara dalam tanah (Priyadi et al.,2023).
KESIMPULAN
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman dengan prospek pengembangan yang cukup menjanjikan, namun pada proses budidaya tanaman kacang hijau memiliki kendala yakni cekaman aluminium yang menyebabkan terjadinya perubahan morfologi pada akar tanaman kacang hijau. Perubahan morfologi akar pada tanaman kacang hijau yakni akar tanaman menjadi lebih pendek daripada tanaman kacang hijau yang tidak tercekam aluminium. Hal mempengaruhi pertumbuhan kacang hijau karena penyerapan hara tidak optimal sehingga kebutuhan hara pada tanaman tidak terpenuhi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, N. E., Ekowati, T., & Nurfadillah, S. (2022). Analisis daya saing kacang hijau (vigna radiata) Indonesia di pasar internasional. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 6(4), 1644-1654.
BPS. (2020). Statistik Indonesia 2020. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Herison, C., & Meita, R. (2020). Cluster Analysis and SSR (Simple Sequence Repeats) Primers Selection for Aluminium Tolerance on Hot Pepper. Jurnal Hortikultura Indonesia, 11(1), 61-71.
Fauziah, A. (2021). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Tulungagung: Bitu Atmajaya.
Novitasari, A. (2022). Cekaman Air Dan Kehidupan Tanaman. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Agustiansyah, A., & Timotiwu, P. B. (2021). Efek Priming Terhadap Vigor Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merril.) yang Dikecambahkan Pada Media
Priyadi, P., Taisa, R., Dulbari, D., Rahmadi, R., & Rochman, F. (2023). Productivity of several upland rice under aluminum stress in acid dry land east lampung regency. AGRITEPA: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian, 10(2), 347-356. Cekaman Aluminium. Jurnal Agro, 8(2), 178-188.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H