Mohon tunggu...
Queen of Misery
Queen of Misery Mohon Tunggu... -

bouncing of the walls..blind and dancing out of frames...easy friends who will remain...looking for a home...she wonders who will have the queen alone...(toy matinee lyrics on Queen of Misery)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Merokok? Why not...?

16 Mei 2011   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:34 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_110021" align="alignleft" width="183" caption="smoking woman"][/caption] Seperti malam ini. Kepulan asap rokok Dunhill yang kubeli tadi sore dengan manis keluar dari mulutku. Aku menghisap rokok mungil itu dengan kuat, penuh penghayatan... Sambil angan melambung. Orang bilang paling enak ngerokok sambil minum kopi, lalu kucoba...menghisap kopi eh menghisap rokok dalam-dalam...mengepulkan asapnya pelan-pelan dengan penuh nikmat lalu....menghirup kopi panas Brown Coffee...dalam gelapnya malam di balkon kamarku, diterangi lampu yang temaram.hmmm...lengkap sudah indahnya hidup di dunia hahahaha.... Aku paling suka merokok sendiri, mencari ilham, merenung, sambil memikirkan ide-ide segar untuk tulisan-tulisanku di kantor. Semuanya mengalir dengan tenang, setenang malam yang larut. Entah, mungkin aku termasuk tipe orang yang bisanya mikir di malam hari, telah gelap, senyap sekeliling. Suara yang terdengar hanya jangkrik dan beberapa mahluk malam lainnya, dan barulah kesegaran muncul bersama gairah otak yang bekerja penuh di malam-malam itu. Memang kurasa sulit sekali berkonsentrasi di kantor saat orang-orang sibuk lalu lalang, telpon kiri telpon kanan...meeting kesana-kesini....ya ampuuuun, kapan bisa nulisnya kalo gini caranya yaa? Tiba-tiba saja jam sudah menunjukan pukul 3 sore, aiiiih sejam lagi pulang dong, kerjaan belum pada selesai..hiks! kocar-kacir semua planning yang dibuat untuk menulis laporan, risalah, tulisan, analisa... Jadilah kemudian aku manusia kalong...sejak 4 tahun lalu, sejak ku pastikan diriku hanya bisa menyelesaikan pekerjaan tulis menulis itu di rumah, bukan di kantor dan waktu yang paling baik adalah...after midnight! ditemani beberapa batang rokok dan secangkir kopi instan! Well, kalian mau bilang, iiih...kok perempuan ngerokok sih? bahaya tau, bisa ketagihan tau...atau ih kayak cewek murahan, atau iih kamu cuma pengen keliatan keren aja ya, kayak wanita-wanita karier sekarang ini yang modern katanya sih...? halaaaah...gue mah gak butuh yang begitu-begituan, karena gue ngerokok untuk kesukaan gue dunk bowww...aku menjawab begitu. "gue menikmatinya, gue ngerasa pikiran gue agak-agak terbuka kalo mikirnya sambil ngerokok, lagian kan gue ngga ngerokok sembarangan, di depan umum, di jalanan umum, buang puntung rokok sembarangan, menghembuskan asap sembarangan...ya ngga lah, untungnya kegemaran gue ngerokok ini hanya terbatas di malam hari untuk rileksasi dan stimulus ide-ide segar yang akan keluar dari otakku yang kecil ini :) demikian biasanya aku berdalih. Dan memang, jarang sekali aku akan merokok di depan umum (karena sekarang juga kan terbatas tempat ngerokok itu ya, apalagi ruang ber-AC) Tapi yang aku ingin katakan adalah, perempuan merokok itu its okay, hidup adalah pilihan. Mau merokok dan tidak juga pilihan. Kita tidak lagi hidup di dalam era kegelapan bagi perempuan, setidaknya di kota besar kebebasan terhadap hak perempuan (untuk merokok) sudah agak terbuka, meskipun aku tahu masih banyak yang agak aneh melihat perempuan merokok, atau mengasumsikan kalau perempuan yang merokok dengan perempuan yang agak binal, heran ya padahal kalau laki-laki di mata masyarakat kalau merokok itu wajar dan malah macho kelihatannya, kalau perempuan malah sebaliknya...bener-bener labelisme yang berat sebelah. Dan untuk alasan kesehatan, untuk laki-laki dan perempuan, usahakan merokok tidak lebih dari 3 batang sehari, untuk ukuran standard dunia, rokok-rokok dengan tar yang rendah (how low can you go...) tidak terlalu berdampak tinggi dibandingkan rokok ber tar tinggi bagi kesehatan kita, karena kata temen-temen kolega pria ku yang dari Eropa itu juga pernah bilang (mereka perokok) kalau rokok kretek Indonesia tar-nya sangat 'strong' sampai akhirnya di Eropa tidak bisa dijual...entah karena memang orang-orang sana tidak mampu menghisap rokok Indonesia (too strong katanya) atau karena memang politik perekonomian..entahlah. Ya begitulah, seperti malam ini, baru habis sebatang rokokku. Masih 2 batang menunggu....well, aku sudahi dulu tulisan ini, karena tulisan untuk kantorku sudah menunggu. Met malam Kompasianers, met ngerokok n minum kopi bagi yang lagi asik ketakketik di lappynya masing-masing. Tulisan ini hanyalah intermezo, pemanasanku sebelum masuk ke ranah tulisan yang lebih dalem lagi (cieileeee) -- maksudnya kerjaanku sih hehehe.... Chiao bella-bello... [caption id="attachment_110022" align="aligncenter" width="163" caption="viva la femme!"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun