Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Menulis kata, merangkai aksi, dan menumbuhkan harapan untuk dunia yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengasuhan sebagai Kebutuhan Kolektif: dari Keluarga ke Komunitas

8 Desember 2024   21:41 Diperbarui: 8 Desember 2024   21:51 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: freepik.com)

Sabtu siang kemarin, selepas menghadiri seminar parenting yang digelar di Purwokerto, saya merenungkan banyak hal tentang pengasuhan anak. Dari beberapa persoalan yang mucul dalam acara itu, saya menyadari satu hal penting: pengasuhan tidak bisa hanya menjadi urusan satu keluarga saja. Pengasuhan adalah kebutuhan kolektif, yang melibatkan seluruh komunitas tempat anak tumbuh dan berkembang.

Pengasuhan anak tidak hanya memerlukan peran saya sebagai orang tua, tetapi juga dukungan dari orang tua teman-teman anak saya. Saya menyadari bahwa anak-anak belajar dari lingkungan mereka, termasuk dari teman sepermainannya. Dalam konteks ini, membangun anak yang berkarakter tidak cukup jika hanya dilakukan di dalam rumah. Anak-anak membutuhkan lingkungan bermain dan belajar yang sehat, yang hanya bisa tercipta jika semua orang tua di komunitas saling mendukung.

Refleksi Tentang Lingkungan Anak

Setelah seminar, saya merenungkan bagaimana anak-anak saya tumbuh di lingkungan tempat tinggal kami. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama teman-teman sebaya. Dalam interaksi tersebut, nilai-nilai yang dibawa oleh teman-temannya sering kali memengaruhi mereka.

Saya mulai berpikir, bagaimana jika teman-temannya tidak mendapatkan pengasuhan yang optimal? Bukankah itu juga bisa memengaruhi cara berpikir dan perilaku anak-anak saya? Sebaliknya, jika teman-temannya mendapatkan pola pengasuhan yang baik, mereka akan saling menguatkan, menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang yang positif.

Pengasuhan sebagai Gerakan Kolektif

Saya melihat bahwa pengasuhan harus menjadi tanggung jawab bersama. Tidak cukup jika saya hanya fokus mendidik anak-anak saya sendiri. Saya perlu menjalin hubungan dengan orang tua lainnya, saling berbagi pengalaman, dan mendukung satu sama lain untuk memberikan pengasuhan yang terbaik.

Membangun komunitas pengasuhan bukan hanya tentang memastikan anak-anak memiliki teman yang baik, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih sehat secara keseluruhan. Anak-anak kita adalah bagian dari masa depan bangsa ini, dan kualitas pengasuhan yang mereka terima hari ini akan menentukan seperti apa dunia yang mereka ciptakan di masa depan.

Tanggung Jawab yang Lebih Luas

Ketika saya merenungkan hal ini lebih dalam, saya merasa bahwa tanggung jawab saya sebagai orang tua tidak hanya berhenti pada anak-anak saya. Saya memiliki kewajiban untuk berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan anak-anak lain. Ini berarti lebih dari sekadar mendidik anak di rumah; ini tentang mengambil bagian dalam gerakan yang lebih besar.

Saya mulai berpikir untuk lebih aktif di lingkungan komunitas kami, berbicara dengan orang tua lain, dan mencari cara bagaimana kami bisa saling mendukung dalam pengasuhan. Saya percaya, dengan saling bekerja sama, kami bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik, tidak hanya untuk anak-anak kami, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

Masa Depan Anak-anak Kita

Pengasuhan bukan lagi hanya urusan keluarga inti. Anak-anak saya, dan anak-anak kita semua, membutuhkan lebih dari sekadar kasih sayang orang tua mereka sendiri. Mereka membutuhkan teman yang tumbuh dengan nilai-nilai yang baik, lingkungan yang mendukung, dan komunitas yang peduli terhadap mereka.

Hari itu, saya pulang dengan semangat baru. Saya tidak hanya ingin menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak saya, tetapi juga ingin menjadi bagian dari komunitas pengasuhan yang saling mendukung. Saya percaya, inilah langkah kecil namun penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun