Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lahir di Purwokerto, kecil di Purwokerto, besar di Purwokerto, menikah di Purwokerto, dan bekerja di Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setelah Hujan Semalam

28 November 2024   07:11 Diperbarui: 28 November 2024   07:21 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: freepik.com oleh wirestock)

Hujan semalam menyulam tanah,
Membasuh debu, menyapa dedaunan lelah.
Pagi berdenting, embun menari,
Seperti dunia telah lunas dari janji.

Namun di sudut yang jauh dari sini,
Tanah retak, gentong kosong berdiri.
Di sana, hujan bukan perayaan,
Hanya berita di pinggir angan.

Cangkul tak berguna di ladang kering,
Meski langit terjun dengan air bening.
Kemana perginya sungai yang hilang?
Dibendung beton, diserak oleh tangan.

Baca juga: Alam yang Kesepian

Wahai pagi, bawa kabarmu ke sana,
Bilang hujan turun, tapi tak adil di dunia fana.
Mungkin waktu tak peduli suara,
Atau manusia yang lupa pada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Ujung Senja

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun