Mohon tunggu...
Qomaruddin
Qomaruddin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Lahir di Purwokerto, kecil di Purwokerto, besar di Purwokerto, menikah di Purwokerto, dan bekerja di Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Alam yang Kesepian

25 November 2024   21:51 Diperbarui: 25 November 2024   22:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ufuk pagi, embun berseru,
"Ke mana langkahmu yang dulu menyatu?"
Dedaunan gugur, melayang lesu,
Tak ada lagi bisik lirih, tak ada rindu.

Sungai yang jernih kini keruh,
Air matanya tumpah, merintih jauh.
Hutan yang rimbun, kini sepi,
Ranting-ranting merapuh, menanti simpati.

Burung-burung enggan bernyanyi,
Angin yang dulu riang kini sunyi.
Langit merona dalam pilu,
Bumi meratap, kehilangan waktu.

Wahai manusia, di mana jiwamu?
Tidakkah kau dengar seruanku?
Alam ini saksi hidupmu bertumbuh,
Namun kau tinggalkan jejak penuh keluh.

Kami, daun dan batu, angin dan samudra,
Hanya ingin sedikit cinta.
Sebelum kami benar-benar lenyap,
Menjadi cerita yang hanya kau kenang dalam gelap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun