Mendung tengah hari,
Kelam dan sesunyi Telaga Sunyi Baturraden,
Membayang di permukaan telaga, awan hitam merayap,
Mimpi-mimpi terbungkus dalam lapisan mendung,
Parau udara menggema, menyuarakan kehampaan.
Langit terasa berat, seperti beban tak terucap,
Mimpi-mimpi temaram, putus asa merajai,
Jauh di Air Terjun Cipendok, air deras mencerminkan kesedihan,
Dinginnya udara menusuk hingga ke relung jiwa.
Di sini, di setapak Bukit Cendana, langkah terhenti dalam keheningan,
Seakan waktu berhenti di lorong rel kereta di Kebasen, gelap,
Sayup terdengar langkah-langkah putus asa,
Di Jembatan Merah Sungai Serayu, harapanku terjatuh tak berdaya.
Tidur pun tak lagi tawarkan pelukan damai,
Hanya kesunyian yang menggerus, tiada arti,
Mendung tengah hari, bayang suram semakin menggila,
Rasa putus asa mengalir, seperti air yang tak terhenti.
Namun, dalam suramnya itu, mungkin ada titik terang,
Sebuah cahaya kecil di Telaga Sunyi Baturraden yang tersembunyi,
Atau di balik Air Terjun Cipendok, harapan bisa mengalir seperti air,
Atau di tengah setapak Bukit Cendana, mungkin langkah baru sedang menanti.
Di lorong rel kereta di Kebasen, mungkin ada perubahan arah,
Dan di Jembatan Merah Sungai Serayu, mungkin ada jalan yang terbentang,
Dalam mendung putus asa, semesta menyaksikan,
Di balik setiap lapisan mendung, ada kisah kehidupan yang tak terduga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI