Sepulang kuliah sekitar jam 16.00, sy menonton acara di salah satu TV swasta yang berjudul Indonesia Ku. Sebuah acara yg berorientasi kpd sisi lain masyarakat Indonesia. Kali ni kunjungan ke Suku Talang Mamak. Suku Talang Mamak merupakan sekumpulan masyarakat tradisional yg hidup di sehiliran Sungai Indragiri, Propinsi Riau, Indonesia. Daerahnya sulit terjangkau. Tidak ada kendaraan yang lebih modern untuk m
enjangkau tempat ini kecuali perahu motor yang menyusuri aliran Sungai Indragiri. Untuk sampai ke tempat tersebut harus ditempuh dalam waktu 2 hari dengan biaya Rp.500.000 dalam sekali jalan. Jangan bayangkan enak, arus sungai yang deras mebuat ngeri melihatnya. Jangankan yang menaiki perahu motor, saya yang melihat saja sangat kawatir bila sekali-kali perahunya terbalik.
Namun bukan itu yang mendorong saya untuk menulis ini. Saya melihat sisi pendidikan yg sangat jauh dari baik. Anak-anak di suku Talang Mamak ni hanya sekolah 4 kali dlam 1 bulan. Itu pun kalau ada pengajarnya. Jika tidak, mereka akan terus-terusan libur. Saya merasa sangat empati ketika pembawa acara program Indonesia Ku menanyakan ke salah satu siswa yang ada di kelas, tentang gambar siapa yg terpampang di dinding sekolahnya yg sebenarnya itu adalah gambar Presiden SBY. Dengan lugunya dia menjawab itu gambar Bupati. tak berhenti disitu. ketika 3 org siswa disuruh menyanyikan lagu Indonesia Raya liriknya pun salah. "Indonesia Raya merdeka-merdeka hiduplah tanahku yg ku cinta" "Indonesia Raya Hiduplah-Hiduplah tanah cinta". bukan hanya itu yg membuat kaget. Ketika mereka ditanya "di Negara apa mereka tinggal" g' ada yg bisa menjawab kecuali satu orang itupun jawabannya " Negara Hutan".
Sungguh memprihatinkan. Jika sudah seperti ini apakah yang salah dengan Negeri ni, dengan bangsa ini. President yang kurang lebih 8 tahun memimpin belum mereka kenal. Lagu indonesia raya yang sejak awal kemerdekaan Negara ni dinyanyikan mereka tidak hafal. Negara yg sudah 66 tahun merdeka dan menjadi pijakannnya tidak mereka ketahui apa nama Negara ni.
Apakah yang salah, siapakah yg salah, dan harus bagaimanakah kita bertindak...al-Faqier.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H