Mohon tunggu...
Ratu Aqilah
Ratu Aqilah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang perempuan penikmat cokelat, senja, dan hujan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ibadah Itu Sederhana dan Berkelanjutan

21 Juli 2012   04:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:45 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir sebagian besar masyarakat muslim di seluruh penjuru dunia bergembira. Bagaimana tidak, bulan yang penuh hikmah, rahmat, dan pengampunan kembali datang. Meskipun sempat membawa kebingungan karena adanya perbedaan waktu pelaksanaan awal ramadhan, namun hal itu tampaknya bukan menjadi sebuah masalah besar untuk umat muslim di seluruh dunia, khususnya Indonesia untuk menyambut bulan Ramadhan dengan suka cita.

Perbedaan yang tampak sangat jelas selama bulan Ramadhan pun mulai dapat dirasakan. Masjid-masjid yang biasanya sepi, kini selalu ramai. Fajar yang biasanya masih sunyi, kini selalu riuh rendah terdengar alunan ayat suci. Menjelang senja, jalanan yang biasanya penuh lalu lalang kendaraan, kini penuh dengan jajaran penjual makanan berbuka, dan masih banyak hal-hal yang membuat bulan Raamadhan selalu nampak "berbeda" dan istimewa daripada bulan-bulan lainnya.

Perbedaan yang terjadi pun tidak hanya dapat kita lihat dari sekeliling kita, di layar televisi pun suasana ramadhan sangat kental. Mulai dari penayangan acara kajian, hiburan, dan sinetron yang berbau ramadhan. Tidak hanya itu, para artis-artis kita pun juga terlihat "berbeda" selama Ramadhan. Mereka yang biasanya berpakaian ala "kadarnya" kini lebih memiliki kain untuk menutup bagian tubuhnya. Ya, semua itu dilakukan salah satunya adalah untu menghormati datangnya Bulan Suci Ramadhan yang penuh fitrah ini.

Tidak ada yang salah dan tidak ada yang menyalahkan. Sebagai sebuah negara yang sangat heterogen, kehidupan saling menghormati memang harus dijunjung tinggi, baik antar umat beragama, umat seagama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.Inilah salah satu keindahan yang dapat dirasakan dengan sangat di Indonesia. Perbedaan yang begitu melimpah dari sabang sampai merauke dapat bersatu dan saling membaur tanpa saling menyakiti satu sama lain.

Terlepas dari berbagai perbedaan cara pandang setiap individu dalam menghadapi Bulan Ramadhan ini, tidak ada salahnya jika kita kembali lagi kepada diri kita sendiri. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi bulan suci ini? Apakah masih sama dengan tahun lalu? ataukah lebih baik? atau justru menurun drastis? Hanya diri kita sendiri yang dapat menjawabnya, namun, saya yakin bahwasanya semua orang mengharapkan yang terbaik untuk dirinya, semua orang, tidak hanya selama Ramadhan, tapi di seluruh perjalanan kehidupannya.

Jika berbicara tentang ibadah, sudah dapat kita rasakan bahwa ada peningkatan kuantitas ibadah kita selama Bulan Ramadhan. Yang biasanya subuh dilakukan di rumah, selama ramadhan ita solat subuh di masjid dilanjutkan dengan membaca al quran. Ketika maghrib tiba, sembari menunggu buka bersama di masjid terdekat, kita mendengarkan kajian, diteruskan sholat berjamaah, tarawi, dan kembali membaca al quran hingga larut malam. Hampir semua melakukan itu, alhasil, masjid yang biasanya tampak lengang, sepi, dan tak berpenghuni, tiba-tba penuh, ramai, bahkan melebihi kapasitas. Itulah indahnya Ramadhan, suasana kebersamaan yang terasa sekali selama kurang lebih sebulan.

Tidak ada yang salah dan tidak ada yang menyalahkan. Semua orang memiliki niat masing-masing selama Ramadhan, namun, sebagai seorang muslim, niat apa yang akan kita kejar selama Ramadhan ini harus benar-benar kita perhatikan, kita luruskan, dan kita renungkan, jangan sampai niat yang salah selama Bulan Ramadhan ini membuat puasa dan ibadah kita tidak beharga dan membawa rahmat sesudahnya.

Tidak ada yang salah dan tidak ada yang menyalahkan jika kita membaca al quran selama ramadhan untuk mengejar khatam al quran, namun, bukan itu esensi dari Ramadhan. Bukan itu seharusnya niat yang kita kejar. Sungguh sangat tidak nyaman sekali ketika selama sebulan melihat masjd begitu ramai, alunan ayat suci terdengar sepanjang hari, namun hal itu hilang entah kema setelah idul fitri.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sengaja dihadiahkan oleh Allah SWT untuk hamba-hambaNya. Bulan khusus yang diberikan sebagai ladang beribadah bagi hamba-hambaNya. Allah SWT tidak mengharapkan umatNya melakukan Ibadah yang berlebihan namun hanya dilakukan hanya untuk sebulan, namun Allah SWT mengharapkan ibadah yang sederhana tapi berkelanjutan. Hanya Allah yang mengetahui apakah ibadah kita diterima atau tidak. Ibadah sederhana di sini bukan berarti ibadah yang setengah-setengah, tapi ibadah yang sepenuh hati hanya mengharap ridho Illahi.

Maka, sudah sepantasnya jika kita mulai menjadikan Bulan Ramdhan ini sebagai ladang untuk berlatih. Berlatih beribadah dengan benar dan ikhlas hanya untuk Allah SWT. Tidak perlu berlebihan, cukup dimulai dari yang sederhana-sederhana saja. Sholat tepat waktu, membaca al quran, dzikir, dan sholat malam. Bulan Ramadhan memang dihadiahkan Allah SWT untuk umatNya, untuk umatNya berlatih beribadah selama sebulan sehingga nantinya jika Ramadhan telah berakhir, ibadah kita tidak ikut berhenti tapi justru terus berlanjut bahkan meningkat.

Pembiasaan beribadah selama Ramadhan ini tidak hanya semata-mata mengandung makna beribadah secara vertikal, namun juga dapat kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh saja dalam hal belajar dan menuntut ilmu. Kita belajar bukan hanya ketika akan ujian, tapi kita memang diwajibkan untuk selalu menuntut ilmu kapan pun dan di mana pun. Kita bekerja bukan hanya ketika ada bos yang memperhatikan, tapi kapanpun itu kita harus bekerja dengan penuh ikhlas tanpa pamrih. Inilah kenikmatan yang sekiranya hampir kita lupakan, esensi dari Bulan Suci Ramadhan yang hampir tersingkirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun