BONDOWOSO – Mahasiswa KKN 90 Universitas Jember yang beranggotakan M.Qois Astya Putra, Anggit Tunggul Pamungkas, Jason Marcelino Nugroho, Amru Robby Ajiba, Renatha Putri Kinasih, Zahrotun Nisa, Rifqotuz Zuhroh, Kumala Nirbita, Farin Eka Meilinda, Intan Paramitha Putri, Haningdia Chintya, dan Hanik Putri yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapang yaitu drg. Dwi Warna Aju Fatmawati, M.Kes berhasil mengembangkan pupuk organik berkualitas tinggi dari limbah budidaya jamur tiram. Proses pembuatan pupuk ini melibatkan beberapa tahapan yang dijelaskan dalam sosialisasi yang digelar pada tanggal 14 Agustus 2024 bertempat di Balai Desa Sumberpandan. Sebelumnya, kelompok KKN telah melakukan koordinasi dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Ajung, Jember, untuk menggali informasi lebih dalam mengenai permasalahan pertanian di desa tersebut.
"Limbah jamur tiram mengandung Kalium, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Dengan melalui proses fermentasi, nutrisi-nutrisi tersebut dapat lebih mudah diserap oleh akar tanaman," jelas Bapak Santoso selaku PPL Jember yang menjadi narasumber Program Kerja Utama Kelompok KKN 90.
Setelah melakukan survei dan wawancara dengan petani, kelompok KKN menemukan bahwa selain keterbatasan distribusi pupuk bersubsidi, kurangnya pengetahuan petani mengenai alternatif pemupukan juga menjadi kendala utama. Untuk mengatasi hal ini, kelompok KKN mengadakan pelatihan bagi petani tentang pembuatan pupuk organik dan penggunaan pupuk alternatif yang lebih mudah diakses.
Kedua, baglog yang telah dipilih kemudian dikeringkan dan dihaluskan untuk mempercepat proses fermentasi. Ketiga, baglog yang telah halus dicampur dengan EM4 dan molase, kemudian difermentasi dalam kondisi anaerob selama 14-21 hari. Penggunaan EM4 dan molase berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kualitas nutrisi dalam pupuk.
Pupuk organik yang telah jadi kemudian siap digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Terakhir, setelah proses fermentasi selesai, pH pupuk akan diukur dan dinetralkan jika diperlukan.Sumber Pandan, tetapi juga membuka peluang baru dalam pemanfaatan limbah organik. Proses pembuatan pupuk organik yang relatif sederhana dan bahan baku yang mudah didapatkan membuat inovasi ini dapat ditiru oleh masyarakat luas. Limbah baglog yang kaya nutrisi dipilih karena potensinya sebagai alternatif pupuk kimia. Setelah melalui proses fermentasi sederhana, pupuk organik hasil olahan diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pupuk baglog mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen, sehingga memberikan harapan baru bagi para petani yang kesulitan mendapatkan pupuk kimia.
Dengan inovasi ini, mahasiswa KKN UMD tidak hanya memberikan solusi bagi masalah kekurangan pupuk di DesaBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H