Mohon tunggu...
Qois Zakiyatuddin
Qois Zakiyatuddin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Saya merupakan mahasiswa dan seorang freelancer editor berumur 20 tahun dan mempunyai hobi menonton film dan memotret kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Film

Melihat Film "Prey" Dalam Konsep Estetika

23 Oktober 2022   10:54 Diperbarui: 23 Oktober 2022   20:12 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Prey merupakan prequel dari salah satu franchise film bersejarah yaitu universe Predator yang rilis pada Juli tahun ini.

Menceritakan Naru seorang wanita muda Suku Indian yang ingin diakui seperti kakaknya sebagai seorang pemburu sejati disuku mereka, namun bukannya bertemu dengan hewan yang akan diburunya, Naru malah bertemu dengan sesosok makhluk asing yang datang ke Bumi untuk mencari lawan yang kuat.

Terdapat hal menarik yang dapat kita lihat dalam Film Prey. Yaitu bagaimana pola kehidupan Suku Indian pada film ini, mereka hidup secara nomaden dan masih melakukan kegiatan berburu, selain itu rumah yang mereka gunakan juga menjadi tanda mereka adalah suku nomaden karena memiliki konsep seperti kemah.

Alat berburu yang di gunakan Suku Indian ini sendiri masih menggunakan tombak, kapak dan barang barang hasil dari buatan mereka, pakaian yang digunakan oleh Suku Indian ini sudah mulai tertutup karena menyesuaikan dengan cuaca di daerah mereka.

Jika dikaitan dengan keilmuan estetika, Film Prey berada pada zaman estetika Yunani Antik. Cirinya sendiri adalah banyak nya alat dan bangunan yang dipakai menggunakan konsep mimesis atau menirukan alam.

Seperti alat berburu mereka yang diasah tajam mengikuti taring dari hewan buas. Selain itu saat mereka sedang berburu, Suku Indian dalam film ini sering berteriak seperti seekor singa saat akan menerkam musuhnya.

Contoh lainnya ada pada arsitektur yang digunakan, yaitu adanya ciri simetria dimana kemah - kemah yang mereka buat memiliki bentuk yang sama dan sejajar. Ini semakin menguatkan kalau Suku Indian ini ada pada zaman Estetika Yunani Antik.

Hal menarik lain yang ditemukan dalam film ini adanya perbedaan zaman pada Suku Indian dengan para penjajah, contohnya pada senjata yang digunakan oleh penjajah sudah memakai senapan sementara Suku Indian masih memakai tombak. Dapat disimpukan kalau para penjajah yang merupakan orang -- orang dari eropa dan memiliki perdaban yang lebih maju.

Kejelian dari sutradara Dan Trachtenberg membuat film ini lebih hidup dan penonton merasakan bagaimana kehidupan sehari -- hari dari Suku Indian ini. Mulai dari berburu, memasak dan tidur.

Film ini berhasil membawakan gaya berbeda dari film - film pendahulu nya dengan konsep yang rapih. Apalagi cerita yang ditawarkan terbilang fresh karena sebuah suku pedalaman yang harus melawan makhluk asing yang memiliki senjata yang canggih .

Jadi apakah kalian mulai tertarik untuk menonton film ini ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun