Esensi daripada "Merdeka Belajar" adalah kebebasan berpikir (baca: kewarasan) yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuknya karakter jiwa yang merdeka. Nadiem Makarim membawa konsepsi baru ini sebagai arah pendidikan bangsa kita. Sialnya, setelah saya telusuri lebih mendalam, narasi "merdeka" yang Nadiem bawa hanyalah harapan-harapan semu yang justru membelenggu masyarakat untuk tetap terjerumus dalam kubangan lumpur kebodohan.
Beranda Instagram saya kemarin menunjukkan berita tentang kondisi SDN Margamulya II, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang yang amat memprihatinkan, bahkan menurut saya kandang hewan ternak jauh lebih layak untuk dijadikan tempat belajar dibandingkan sekolah tersebut. Padahal pihak sekolah sudah empat kali mengirimkan surat permohonan untuk merenovasi sekolah. Dimana letak pikiran Pemerintah setempat dan Dinas Pendidikan?
Pemerintah menetapkan anggaran pendidikan sebesar Rp608,3 triliun pada Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2023, dan Rp 660,8 triliun untuk tahun 2024. Lantas mengapa hal-hal seperti ini masih kita temui? Kemana larinya anggaran sebesar itu?
Merdeka belajar bermakna menciptakan suasana belajar yang aman dan nyaman bagi siswa dan guru sehingga dapat belajar dengan tenang, gembira, bebas dan tidak memaksa siswa di luar minat dan kemampuannya sehingga memiliki portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Kontradiksi di atas menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita, melalui institusi formalnya tidak sedang menyelenggarakan pendidikan yang emansipatoris. Pendidikan kita hari ini secara telanjang menggiring kita untuk terus melanggengkan dominasi pemerintah dalam setiap aspek.
Tak ada yang "merdeka" dari Merdeka Belajar, selama kecacatan dan kesenjangan masih terjadi kita masih tetap dijajah, oleh pemerintah dan pendidikan itu sendiri. Selamat Hari Pendidikan Nasional!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI