Eksistensi artis dalam dunia politik dewasa ini,mengalami peningkatan. Selain di DPR, artis juga sudah mulai merambah kedaerah-daerah. Termasuk Sulawesi. Fenomena ini bukan merupakan sesuatu yangbaru di negeri ini, sejak lama beberapa artis telah berkecimpung dalam duniapolitik. Bahkan fenomena artis berpolitik ini bukan saja pada satu lembaga tertentu,melainkan hampir di semua lembaga telah dimasuki artis. Sebut saja lembaga DPRsudah sejak berapa tahun belakangan dihiasi olehsejumlah artis tanah air. Arzety Billbina, Anang Hermansyah, Eko Patrio, RohutSitompul dan sebagainya merupakan figur-figur dari kalangan artis yang ikuttampil dalam panggung politik tanah air. Selain itu, beberapa daerah khususnyadi pulau Jawa juga semarak oleh artis berpolitik.Â
Isu keikutsertaan Ahmad Dhani dalam memperebutkan kursi DKI 1 pada pilkada DKI 2017 Mendatang, semakinmenambah maraknya artis berpolitik di pulau Jawa. Yang dipersoalkankemudain adalah, kinerja artis-artis yang berkecimpung di dalam dunia politiktersebut. Pembangunan yang menjadi prioritas utama pemerintah akan terpengaruholeh kinerja sang artis itu. Padahal dalam pembangunan daerah maupun nasionalyang mempunyai peran sentaral adalah aktor-aktor politik. Jika sang aktor bukanseorang ahli di bidangya maka dipastikan pembangunan akan terhambat. Â
Menyebrang ke Timur Laut pulau Jawa, fenomena artis berpolitik juga mulai marak. Dimulai pada Pilkadaserentak 2015 kemarin. Pilkada Kota Palu, Sulawesi Tengah disemarakkan dengan ikut sertanya vokalis band Ungu dalam pilkada tersebut. Berbekal popularitas,Sigit Purnomo Syamsuddin Said (Pasha) akhirnya memenangkan pilkada yang diikutioleh 3 pasang calon tersebut. Pasha Ungu akhirnya resmi menjadi wakil wali kotapalu. Ia mendapingi Hidayat di kursi nomor satu kota Palu setelah memenagkanpilkada Palu yang digelar pada 9 Desember 2015. Keberhasilan Paha Ungu menjadiwakil kota Palu, akan meberikan pengaruh tersendiri terhadap artis-artis lain untukpulang kampung untuk ikut berpolitik. Mereka akan mengandalkan popularitasnyajuga seperti artis pada umumnya.Â
Tidak berselang lama, baru-baruini, nama vokalis band Padi Andi Fadly disebut-sebut masuk bursa Pemilihan WaliKota Makassar. Meskipun belum memastikan diri akan ikut bertarung dalam pilkadaMakassar, namun rumor tersebut sudah beredar sejak rabu 30 Maret 2016, AndiFadly mengungkapkan bahwa dia akan terjun ke dunia politik jika masyarakat bawah menginginkan. Ia juga mengungkapkan bahwa selain penyanyi ia juga hobi lingkungan yang akan bermanfaat terhadap orang banyak dan memberikan inspirasi. Memang, Andi Fadly juga mengkui bahwa diMakassar banyak orang-orang pintar, dia hanya seorang penyanyi.Â
Namun pernyatansebelumnya memberikan sinyal bahwa dia akan ikut meramaikan percaturan politikdalam pemilu Makassar mendatang. Bercermin pada keberhasilan Pasha Ungu menjadiwakil wali kota Palu, merupakan faktor lain yang akan menjadi perhitungan AndiFadly dalam memutuskan keikut sertaannya dalam pilkada Makassar mendatang. Â
Duduknya Pasha sebagaiwakil wali kota Palu serta masuknya nama Andi Fadly dalam bursa pemilihan walikota Makassar  menandakan bahwa fenomenaartis berpolitik sudah mulai merambah ke Sulawesi. Sekaligus menandakan bahwadari segi kuantitas, artis berpolitik semakin meningkat. Meningkatnya kuantitasartis berpolitik belum tentu memberikan jaminan terhadap kualitas kinerjaartis-artis tersebut. Memang sulit menilai kinerja artis dalam lembagapemerintahan karena lembaga-lemabaga pemerintah sistem kerjanya besifatkolektif. Namun, kualitas artis dalam kolektivitas itu tetap menjadi tolak ukurdalam pencapaian akhir lembaga pemerintahan tersebut. Dalam rapat lembagapemerintahan, yang memberikan usulan adalah individu bukan kolektifitas lagi.Sehingga usulan-usulan yang bersifat membangun sangat dirindukan. Usulan-usulantersebut pasti muncul dari orang-orang yang berlatar belakang politik atausetidaknya mendekati politik.Â
Pemahaman tentang politik yang mantap merupakanbekal yang harus dibawa setiap orang dalam pemerintahan agar mampu meberikanusulan yang membangun dalam rapat-rapat pemerintah. Berkaca pada keseharianartis, dimana mereka hidup dalam dunia hiburan. Tidak bisa dipungkiri bahwadinamika politik sangat jauh jaraknya dengan dinamika hiburan. Sehinggapemahaman politik bagi artis tidak akan semantap yang diharapkan olehmasyarakat. Fenomena artisisasi politik pun memberi isyarat negatif terhadapsistem politik lokal. Dengan begitu, artisisasi politik sebisa mungkin harusdihindari.Â
Dilema pada suatuprofesi, tidak menuntut kemungkinan sang artis yang berkecimpung dalam duniapolitik ternyata mempunyai basis pendidikan politik yang baik. Sehingga  artisisasi politik tidak serta mertaberisyarat negatif terhadap politik lokal. Karena pada kenyataanya meskipunmereka berasal dari dunia hiburan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengandunia politik, bebearapa artis yang berpolitik mempunyai latar belakang sarjanabahkan magister dari Universitas-universitas tanah air. Sebut saja ArzettyBilibina yang menmpuh kuliah di salah satu Universitas swasta di Jakarta.
Tetapi suatu persoalan kembali muncul menciptakan dilema baru. Meskipun sangartis memiliki pemahaman politik yang mantap, namun yang dibutuhkan politiklokal bukan pemahaman politik semata, melainkan pengalaman juga ikut memberiandil. Banyak aktivis yang bukan berlatar belakang politik sukes dalam karirpolitiknya. Selain dari kalangan aktivis, militer juga mempunyai basiskenegaraan yang kuat. Jika mantan aktivis dan militer masih berkeliaran diSulawesi maka akan lebih baik memberikan tanggung jawab pemerintahan kepadamereka.
Salah satu penyebabsemakin maraknya artisisasi politik di Sulawesi maupun nasional adalah lemahnyakontrol pemerintah dalam hal prosedur yang harus dicapai seseorang jika inginmaju calon. Selain itu, partai politik juga tidak berdaya menghadapi modalpopularitas yang dimiliki artis. Partai politik cenderung mementingkaneksistensi partai dibandingkan pembangunan stabilitas politik. Kepentinganmasyarakat pun ikut terbengkalai. Akibatnya, pembangunan daerah tidak berjalansesuai terget. Partai politik yang harusnya menciptakan kader yang berkualitasmalah menomor satukan popularitas. Kader-kader binaan jika dibina malahtergeser oleh popularitas sang artis. Kader partai kalah bukan pada tempatnya,sebaliknya artis menang bukan pada tempatnya. Dalam menghadapi artisisasipolitik semacam ini hanya bisa dilakukan dengan cara perbaikan pada sistem itusendiri.Â
Pemerintah dan partaipolitik merupakan batu loncatan kestabilan politik tanpa artis yang butapolitik. Mereka yang harus berbenah terlebih dahulu sebelum membenahiartisisasi politik yang semakin marak.Â