Tapi, yang paling penting sekali, kita masing masing sebagai pemilih lah, yang pada akhirnya harus melakukan fit and proper test tersebut secara pasif, yaitu mencari data dan fakta tentang calon yang akan kita pilih, dengan kriteria fit and proper test tersebut diatas. Jangan hanya berdasarkan penilaian bersifat subjektif. Berusahalah sekuatnya untuk menilai secara objektif.
Mungkin ada yang berpendapat, kok syaratnya begitu ketat? seperti malaikat saja yang bisa lolos? Jawaban saya: Ya, harus yang terbaik, karena (calon) anggota DPR/DPRD inilah yang secara langsung maupun tidak langsung, akan membuat keputusan yang mempengaruhi kehidupan kita.
Jika ada yg menanyakan bagaimana dengan SECOND CHANCE bagi pihak yang track record-nya sudah terlanjur jelek, dan ingin memperbaiki diri dengan menjadi anggota DPR/DPRD untku mengabdi kepada masyarakat. Jawaban saya: TUNGGU DULU. Anda bisa melakukan second chance, dengan membuat track record yang bagus di tengah masyarakat, yang kelak akan dinilai apakah tindakan anda sudah cukup pantas untuk menebus track record lama yang terlanjur jelek. Jangan menggunakan posisi (calon) anggota DPR/DPRD untuk pewujudan Second Chance sebagai arena perjudian anda. NO WAY.
Buukkkkkk. Aduh, rupanya saya mimpi menulis artikel ini.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H