Hei Bumi,
Sudah lama kita tidak bertemu lagi,
Permukaan mu sekarang sudah tidak lagi sama ya?
Sekarang kau sudah kaya ya?
Banyak kehidupan bersandar padamu,
Bahkan anak-anakmu sudah dewasa,
Yang dulu hanya bergantung pada batu,
Sekarang mereka sudah luar biasa.
Aku, Bulan yang tak pernah purnama,
Yang dulunya bersatu dengan bumi,
Namun berpisah karena adanya planet berandal pengganggu kita,
Dihantui rasa ini.
Hanya mengitari bumi,
Rotasi tiada henti,
Selalu disebut bersama,
Namun tak pernah benar-benar bersama.Aku tahu,
Waktu menakdirkan ku untuk menjauh darimu,
Tapi bisakah sekali saja kita bertemu,
Dan menjadi satu seperti dahulu?
Dan jika aku benar-benar pergi,
Maka pasang surut tidak akan turun,
Dan anak-anakmu takkan bisa melihat indahnya malam ini,
Aku telah ada turun-temurun.Aku disini bukan karenamu,
Tapi karena anak-anakmu,
Ini adalah tanggung jawab,
Meski jawabanku tak pernah terjawab.
Surat dari bulan jatuh di pantai malam,
Surat tersebut disinari cahaya Bulan,
Namun sayang surat tersebut tenggelam ditelan laut dalam,
Andai saja bumi dapat membaca surat Bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H