Mohon tunggu...
Andhika Aqil
Andhika Aqil Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Jiwa yang melayang-layang di ruang hampa

I put my heart and my soul into my work, and have lost my mind in the process.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lautan kepiting

10 April 2024   15:21 Diperbarui: 10 April 2024   15:23 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Di lautan kepiting yang tak terlihat dasarnya,
Di dalamnya tersembunyi cerita pahit,
Dalam kegelapan lautan yang tak berujung adanya,
Kepiting saling menarik dan saling melilit.

Mereka mendaki perjalanan panjang,
Namun tak pernah keluar dari dasar menggenang,
Kepiting satu mencapit, lainnya tak bisa berenang,
Siklus kehidupan selalu terulang.

Dalam lautan kepiting tak terbatas,
Ketika satu naik, yang lain diturunkan ke dasar,
Tak ada yang memikirkan cara mencapai atas,
Hanya mencoba menahan yang pergi dari dasar.

Meski ombak menyiksa mereka semua sampai akhir,
Namun kepiting-kepiting tetap sibuk menahan.
Mereka terjebak dalam permainan kata takdir,
Dan tidak memikirkan kawanan.

Kepiting yang ambisius, melihat langit biru tak terbatas,
Indahnya dunia di atas permukaan,
Tapi sayang, sang kepiting tak akan pernah bisa keatas,
Kakinya dirantai oleh capit penuh tarikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun