Mohon tunggu...
Putra Numbay
Putra Numbay Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan tumbuh kembang di Papua, Penyuka Sepak Bola, tapi Bukan Fanatisme Sepak Bola, kini ingin belajar menulis tentang apa yang ku lihat, ku dengar, dan ku rasakan. saat ini juga sedang aktiv ngeblog di http://greenbirepapua.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Miras Membunuh Karakter Generasi Muda

7 Juli 2012   06:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tanah Papua, Tanah yang Kaya, Surga Kecil jatuh Ke Bumi... Begitulah syair lagu yang sering ku dengar ketika sahabat saya memutarnya pada komputer kantor dan kini menjadi Salah satu Soundtrack atau Backround pada Film Di Timur Matahari.

Benarkah Papua itu adalah surga kecil di bumi? Apabila orang dari luar entah dari daerah lain di Indonesia atauapun dari luar negeri datang ke Papua, sudah pasti akan terpesona dengan Keindahan alamnya yang eksotik, mulai dari Pantai hingga Hutan liarnya yang masih  ada sebagaian belum  terjamah tangan manusia  serta kebudayaannya yang memiliki banyak ragam dari berbagai Suku yang ada, juga keramahan yang di dapat dari warga setempat, kesan inilah yang menjadi nilai lebih bahwa Papua itu layak di sebut surga kecil.

Sebelum melanjutkan tulisan saya ini, saya ingin mengisahkan Adam dan Hawa sebelum berada di Bumi, terlebih dahulu Adam dan Hawa berada di Surga, kemudian di rayu/bisik Oleh Iblis, kemudian Hawa dan Adam Pun di turunkan ke Bumi. Begitu juga Papua (Baca:Papua Surga Kecil) yang Posisinya sudah jelas di Bumi, tidak mungkin tidak ada Hunian Iblis. lalu siapa Iblis yang ada di Bumi Papua ?
Indonesia Kah? TNI/Polri? Asing? Pendatang? atau Oknum Papua Itu sendiri ? silakan Kompasianer Persepsikan sendiri.

Papua yang memiliki keyakinan Kuat terhadap suatu agama, dan keramahan warganya  harusnya menjadi zona aman Di Indonesia, dan jelas itu di harapkan oleh semua komponen masyarakat yang ada di Bumi Cenderawasih dan juga yang ada Di Indonesia.  dalam tulisan saya ini tidak mengulas Isu Politik, atau Isu kekerasan yang ada di Papua, tapi disini saya menulis tentang perilaku konsumsi miras yang sudah melekat pada sebagain masyarakat di Papua yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.

Dulu pada kampung - kampung di Papua, belum mengenal Miras, adanya jalur transportasi, mendorong orang datang ke kampung untuk berdangan Miras, demi  ingin merasakan pengaruh yang datang dari kota besar, orang di kampung tetap membelinya walau harganya ratusan bahkan ada yang menyetuh angka jutaan perbotol, terutama mereka yang masih usia muda. Kebiasaan mereka yang berkebun, berternak dan hidup tentram, menjadi rusak karena pengaruh miras yang di datangkan oleh pedagang dari kota - kota besar demi meraih keuntungan dan obsesi setinggi langit tanpa mempertimbangkan dampak buruk yang ada.

Sejak mengenal Miras, Banyak pemuda Papua, yang sulit bahkan tidak mau meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi minuman ber-alkohol, mengkonsumsi Miras berlebihan sudah tentu Mabok, karena kebiasaan mabok - mabokan, maka imej jelek pun menempel di bahu pemuda - pemuda Papua, bahkan orang tua yang seharusnya jadi Panutan Pun ikut menkonsumsi Alkohol bersama kumpulan pemuda - pemuda papua yang berdampak pada Imej yang buruk, bahkan sampai - sampai ada yang mengatakan, mengkonsumsi miras pada acara - acara besar di sebut budaya.

Hingga kini, kebiasaan mengkonsumsi miras belum juga di tinggalkan, sekalipun nilai jualnya tinggi, masih tetap saja laku keras, memang dulunya masyarakat di papua tidak mengenal miras,  namun seiring perkembangan jaman yang serba modern ini, dan semakin maraknya perederan Miras di Papua, hingga perilaku konsmsi miras menjadi sebagian kehidupan sehari - hari, hingga pada akhirnya banyak yang menilai bahwa konsumsi miras adalah bagian dari Budaya Papua.  Sebagai Bukti maraknya konsumen miras bagi pemuda Papua pada era saat ini, dapat di lihat pada kehidupan malam di Papua, terutama di Ibukota Provinsi, yang sudah menyentuh berbagai kalangan, mulai dari pemuda, orang tua bahkan wanita pun sudah mengkonsumsinya.

Perilaku konsumsi Minuman keras juga telah menyentuh anak - anak para penjabat, bahkan ada anak pejabat membuka pesta miras dengan mentraktir teman - temannya, di tambah lagi hiburan malam yang makin banyak berdiri, menambah kesan kehidupan konsumsi miras itu sudah menjadi hal biasa.

Miras dapat menyebabkan Kanker yang lama, hingga perlahan mematikan masyarakat,  dampak dari alkohol, di negara - negara Koloni atau negara - negara yang pernah di jajah dapat ditemukan, bahwa alkohol adalah salah satu mesin pembunuh untuk membunuh orang yang di jajah, para Penjajah (Kolonialisme) mematikan fisik dan fisikis orang yang di jajah, hal ini tentu di lakukan demi kepentingan kolonialisme seperti yang terjadi pada Suku Indian dan Aborigin yang menjadi Minoritas di tanah sendiri.

Sebagai warga pendatang, tidak bisa menyangkal, tentang sejarah masuknya miras di Papua, karena pedangan dari luar papua, yang telah mengenalkan miras kepada masyarakat Pribumi. hingga ada kesan, bahwa orang Non-Papua datang ke Papua, untuk mengeruk kekayaan alam Papua dengan meniru cara - cara Kolonialisme.

Kebiasaan Miras bagi sebagian masyarakat Papua (Baca:dampak Konsumsi miras) telah membunuh generasi muda dan karakter orang Papua,  selain itu juga telah banyak menimbulkan Perkelahian antar Kelompok, Pembunuhan, KDRT, Pelecehan Seksual dan dampak buruk lainya, dan sangat di sayangkan ada juga beberapa pemuda yang mengatakan mereka menkonsumi miras untuk mendapatkan kepercayaan diri, padahal mereka telah mencapai pendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun