Mohon tunggu...
Jonathan Latu
Jonathan Latu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Banser NU

menulis supaya membaca

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hijrah Adalah Revolusi Mental, Bukan Sekedar Postmodern Trends Instagramable

8 Mei 2019   11:19 Diperbarui: 8 Mei 2019   13:57 1958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanjeng Nabi masih di Mekkah saat beberapa kaum Muhajirin sudah berada di Habasyah, alur informasi semrawut menyebabkan mereka dengar kabar bahwa Mekkah sudah aman ternayat itu hoax dan banyak Muhajirin yang menjadi korban saat balik ke Mekkah karena dibantai Kafir Quraysh. 

Setelah peristiwa tersebut baru dimulai Hijrah Kanjeng Nabi beserta Sahabat dan kaum Muhajirin menuju Yatsrib, diterima oleh Kaum Ansor dan membangun sebuah peradaban Islam Rahmatan Lil Alamin di Madinah. 

Yang kemudian masyur dengan sebuah perjanjian dasar tentang toleransi, persamaan hak sebagai warga bangsa, saling melindungi satu sama lain yang dikenal sebagai Piagam Madinah, spirit yang dipakai oleh para Kyai dan Founding Fathers Negeri ini melahirkan Pancasila sebagai Dasar Negara untuk mewujudkan masyarakat madani di negeri yang baldatun toyibatun wa rabbun ghafur.

Zaman Now

Hijrah yang sekarang digerakkan anasir Salafy Sururi, HTI maupun kepentingan politik macam PKS itu arahnya kemana? Hal ini sangat menarik untuk dikaji, kenapa? Hijrah memang sangat positif, bahkan salah satu ikhtiar bagi Muslimin supaya selalu lurus dijalan Allah SWT seperti yang dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Mari kita kaji yang paling ngehitz adalah Hijrah dari yutuber kondang Felix Siauw dan Khalid Basalamah yang sangat sukses mengemas Hijrah menjadi sebuah gerakan keren yang dibutuhkan anak muda Indonesia. Melalui team media yang hebat dan kesannya anak zaman now banget mereka bisa menguasai platform medsos apapun, silakan cek channel dan akun mereka adalah yang terbanyak untuk kategori penceramah.

Masalahnya dimana? Masalahnya adalah ajaran pemurnian islam yang mereka tawarkan sebagai narasi hijrah, kalo mau hijrah harus total dan tinggalkan cara hidupmu yang lama. Sebelum membahas tentang ideologi puritan para founder gerakan hijrah tersebut, mari kita tengok strategi keren mereka.

Kita bisa tengok di tahun 90an, masa dimana buku Islam modern masuk ke Indonesia menjadi sebuah bacaan yang cukup ngehits seperti buku "La Tahzan" karya Aaidh ibn Abdullah al-Qarni yang kemudian oleh Ikhwanul Muslimin "dihijrahkan" jadi buku La Tahzan for Hijaber dan La Tahzan for Jomblo. Kemudian sebuah buku yang sangat booming penjualannya dengan tokoh Al Fatih di buku tersebut, buku yang sangat "Best Seller" pada masanya, jululnya "Muhammad Al Fatih 1453" karya Felix Siauw.

Sampul Buku Felix Siauw
Sampul Buku Felix Siauw
Buku yang sangat enak dibaca, membangkitkan sebuah semangat perubahan dan juga sangat mewakili generasi muda. Terutama beberapa manifest yang ditawarkan dikemas dengan sangat apik. Untuk ukuran bacaan motivasi buku ini pantas best seller. Felix cukup cerdas dalam mengemas buku ini menjadi sebuah buku layak baca.

Tapi tidak ada yang sadar bahwa Felix menulis Al Fatih karena kekagumannya pada pikiran Sayyid Qutb dan buku Felix bisa dibaca juga banyak plot dan kisah yang ada pada buku Sayyid Qutb yang judulnya "Ma'alim fi Al-tariq". Dimana ada narasi besar tentang khilafah, pan islamisme dan tentu saja hal itu akan berakhir pada revolusi sistem kenegaraan. 

Jadi, Hijrah ini bukan sebuah fenomena baru yang sekarang baru ramai tapi satu hal yang sudah disiapkan oleh curut khilafah untuk menguasai Indonesia ini paska jatuhnya Soeharto. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun