Mohon tunggu...
Qisya Alifa
Qisya Alifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Undergraduate of Psychology

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Fast Fashion vs. Less is More: Pilih Kualitas, Bukan Kuantitas

8 Januari 2025   23:00 Diperbarui: 8 Januari 2025   22:51 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu industri yang tidak akan lekang dengan waktu adalah industri fashion, selalu ada saja inovasi baru yang tercipta di dalam industri ini. Perkembangan inovasi dari industri fashion yang bisa dikatakan cepat ini menimbulkan perpindahan tren yang relatif cepat juga di masyarakat. Perpidahan tren yang cepat ini mengakibatkan fenomena overconsumption dalam masyarakat karena adanya perasaan wajib untuk mengikuti tren yang tidak akan ada habisnya, lalu dengan otomatis para pemilik bisnis industri fashion juga selalu berupaya untuk menghadirkan produk yang sedang tren namun, karena perpindahan tren yang begitu cepat para pelaku bisnis seringkali menggunakan bahan baku dengan kualitas buruk serta mempekerjakan pekerja dengan upah yang minimum agar selalu bisa menghadirkan produk yang sedang tren dengan cepat dan murah namun memiliki kualitas yang buruk, fenomena inilah yang biasa disebut dengan "Fast Fashion".

 Jika ditinjau lebih jauh industri fast fashion dan kebiasaan overconsumption sangat tidak sehat bagi lingkungan, mengutip dari data yang diperoleh Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler. Ia menyampaikan bahwa industri fashion telah berkontribusi sebagai penyumbang polusi terbesar kedua di dunia. Ia juga menambahkan bahwa sebanyak 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh industri tekstil di dunia. Tidak hanya berdampak negatif bagi lingkungan, industri fast fashion juga tidak jarang melakukan eksploitasi terhadap tenaga kerjanya, dengan memberikan upah yang rendah. Jadi sederhananya industri fast fashion dan kebiasaan overconsumption sangatlah jauh dari prinsip bekerlanjutan (Sustainable) dalam dunia fashion.

Dampak negatif yang hadir dari fast fashion dan overconsumption sangatlah tidak main-main, sehingga sebagai jalan keluarnya diperlukan sebuah solusi yang berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan menerapkan capsule wardrobe.

Pakaian dengan kualitas tinggi yang awet untuk waktu lama, modelnya tidak lekang oleh zaman, serta mudah untuk dikombinasikan, itulah tiga kalimat singkat untuk menggambarkan capsule wardrobe dengan tepat. Menurut pengagasnya, Susie Faux, ia menyampaikan "Ide dasarnya sederhana: dengan membangun capsule wardrobe, anda akan membeli lebih sedikit pakaian dengan kualitas yang lebih baik yang akan sering anda pakai. Anda akan tampil lebih percaya diri dan sukses karena kualitas pakaian yang terlihat, serta karena anda tahu bahwa tampilan keseluruhan anda memang serasi." Tulisnya dalam buku terbitannya pada tahun 1980 "Wardrobe: Develop Your Style & Confidence". Harapannya dengan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan buruknya dampak fast fashion dan overconsumption, capsule wardrobe ini akan menjadi sebuah tren fashion yang berkelanjutan dalam masyarakat.  

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun