Mohon tunggu...
Qisthi
Qisthi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

biarkan mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Katakan, "Anak Kita Bukanlah Kita"

9 Februari 2019   12:19 Diperbarui: 9 Februari 2019   12:26 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : missioni-africane.org

Tak ada satupun orangtua yang tak menginginkan yang terbaik untuk buah hati mereka. Dan untuk mencapainya, orangtua rela banting tulang lembur kerja demi menyiapkan yang terbaik untuk anaknya.

Plan A-Z setidaknya sudah orangtua kantongi untuk menghadapi apapun di masa yang akan datang.

Namun, sayangnya terkadang apa yang diinginkan orangtua justru berkebalikan dengan yang menjadi keinginan sang anak. Orangtua biasanya lupa bertanya sejenak pada anaknya, "Kamu pengennya apa, Nak?". Saya menduga, barangkali karena missing-link yang satu inilah segala kesalahpahaman antara anak dan orangtua bermula.

Pernah suatu ketika, saya berbincang dengan kawan baik saya di kampus, sebut saja dia Maman. Waktu itu kami masih sama-sama menyandang gelar beken "Mahasiswa Baru". 

Saya iseng saja bertanya, "Man, kamu kenapa milih jurusan Bahasa Indonesia?". Dia tertawa kecil mendengar pertanyaan saya. Lalu dia berkata "Lha wong Bapakku maunya aku disitu, yaudah to, daripada nggak disekolahin lagi." Sebuah jawaban nyeleneh yang agaknya kurang menjawab pertanyaan saya.

Lalu belakangan Maman bercerita bahwasanya dia sebenarnya sudah sejak lama ingin mempelajari lebih dalam perihal Seni Musik, tetapi Bapaknya sudah keukeuh berkata lain. Menurut pendapat Bapaknya, prospek kerja bidang Seni Musik terbilang kurang jelas dan tidak terjamin, lain halnya jika kelak Maman menjadi seorang guru Bahasa Indonesia dan diangkat menjadi PNS, seperti Bapaknya.

Memang, urusan yang menyangkut perut belakangan masuk daftar teratas hal yang paling wajib dikhawatirkan. Orangtua, dengan segala hal yang pernah mereka lalui, jelas akan selangkah lebih jauh perihal ini. Anak-anak, mungkin hanya sebatas tahu menginginkan sesuatu, bukan memilih sesuatu.

Tak ada salahnya jika orangtua ingin anaknya berprofesi seperti mereka atau justru lebih baik dari profesi yang orangtua mereka geluti. Tapi bagaimana jika memang bakat serta kemampuan yang dimiliki sang anak tak sama dengan orangtuanya? 

Haruskah tetap memaksakan supaya sama? Jangan lupa satu poin penting bahwa kelak sang anak-lah yang akan menjadi nahkoda dalam kehidupannya sendiri.

Munif Chatib, dalam bukunya yang berjudul "Semua Anak Bintang" pun turut mengamini terkait hal ini. Ia mengatakan bahwa orangtua diminta untuk melihat celah-celah potensi tiap anak, dan memberi dukungan sebanyak mungkin terhadap potensinya. Bukan sebaliknya, memotong tunas yang siap tumbuh dan berkembang.

Memang tidaklah gampang dalam mengarungi perjalanan menemukan bakat atau kemampuan terbaik seseorang. Bahkan, untuk seorang J.K. Rowling yang kini menjadi penulis terkenal dan juga kaya raya, dahulu ia sempat berprofesi sebagai guru, tetapi ia gagal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun