Mohon tunggu...
Qisthi
Qisthi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

biarkan mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus VA, Publik Mendadak Ikutan "Sibuk"

9 Januari 2019   10:22 Diperbarui: 9 Januari 2019   10:38 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://www.fajaronline.co.id

Minggu pertama di tahun 2019, publik dibuat gempar akan tabir kelam seputar kasus prostitusi online yang kembali merebak.

Kali ini kasus prostitusi online melibatkan sosok public figure tanah air berinisial VA. Tak perlu saya ulas kembali bagaimana detil umum kasus ini, karena saya yakin sudah banyak sekali pemberitaan mengenai kasus yang satu ini.

Kasus ini, tentu menguak satu bagian kecil dari sekian kasus mengenai prostitusi online yang beredar di tanah air yang seakan tidak ada matinya ini. Publik kini tengah disibukkan dengan berkomentar akan kasus yang melibatkan aktris cantik satu ini. Namun, jauh dari ekspektasi saya, publik justru beramai-ramai 'menghakimi' si wanita dalam kasus ini.

Bukan hal baru lagi jika para netizen yang budiman memang belakangan lebih mudah berkomentar akan sesuatu yang dianggap tengah viral seperti kasus malang yang menimpa VA. Maka tak heran bila linimasa instagram VA kini dibanjiri beraneka ragam komentar dari para 'netizen yang budiman'.

Beberapa feed instagram maupun media sosial yang lainnya pun 'mendadak latah' penuh dengan pemberitaan tentang Vanessa Angel, ada akun yang sekedar membuat lelucon tentangnya, ada yang menciptakan opini-opini lain yang boleh jadi hoaks semata, dan ada pula yang tak segan mencibirnya. Tagar #80juta pun sempat ramai memenuhi cuitan-cuitan para pengguna akun Twitter. Hal seperti ini, sebenarnya tidak sedikitpun ada sisi yang bisa kita tertawakan.

Tak hanya para netizen, media pun seakan tak mau kalah berlomba untuk memberitakan tentang kasus ini. Bagaimana 'Si Wanita' tertangkap, detil kejadiannya, apa saja yang mungkin menjadi alasan bagi 'si wanita', bagaimana hubungannya dengan orang lain, apapun asalkan berita tersebut nyambung atau bahkan terlihat nyambung. Lantas untuk apa?

Aneh memang, alih-alih penasaran dengan siapa dalang dibalik prostitusi online yang boleh jadi tak hanya menjerat satu tokoh publik figur ini, publik justru sibuk dengan satu hal yaitu VA. Siapa muncikari dibalik semua ini? Siapa pria bejat yang memesan jasa prostitusi ini? Siapa saja orang yang mungkin terjebak seperti halnya VA? Pertanyaan seperti itu mungkin seperti angin lalu saja di benak orang-orang yang hanya sibuk menghakimi di satu pihak.

Padahal, ibarat dalam transaksi jual-beli online, selalu ada penjual dan pembeli. Dan juga ada sosok penyedia jasa jual beli online ini. Tentunya kita paham akan hal ini. Lantas kenapa terlihat lain dalam kasus kali ini?

Terlepas dari fakta yang sebenarnya yang agaknya masih buram, terkait apakah VA hanya dijebak atau kemungkinan lainnya, tak seharusnya kita menghakimi orang lain yang boleh jadi menjadi korban dan mengaburkan fakta lain bahwa 'ada penjual ada pula pembeli'.

Jika alasan seseorang berkomentar pedas dan menghakimi ialah sebagai efek jera dengan adanya rasa malu maka bisa sudah teramat malu. Dan di sisi lain, mungkin si pria misterius pemesan jasa prostitusi ini tak ambil pusing akan kasus yang sebenarnya juga menjerat dirinya. Bagaimana tidak? Di satu sisi, identitas penjual sudah terekspos secara gamblang sementara si pembeli masih terlindungi identitasnya beserta dengan sang penyedia jasa. Bagaimana kita melihat hal ini dalam pemberitaan yang beredar?

Prostitusi sejatinya musuh bersama, pria maupun wanita. Tak satupun agama yang membenarkan adanya prostitusi. Jangan sangka saya tidak membencinya, saya pun seorang wanita, saya ikut jengkel, risih sekaligus prihatin betapa kasus seperti ini seakan tak ada matinya. Kasus ini tentu menjadi pelajaran serta peringatan, bagi kaum wanita, bagi para pria, bagi para penegak hukum dan keadilan, bagi para orangtua, serta berbagai lapisan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun