Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres baru-baru ini memperingatkan bahwa kesetaraan gender dapat memakan waktu hingga 300 tahun untuk dicapai dalam kondisi saat ini.
Di hadapan Commission on the Status of Women, Guterres mengatakan dalam pidatonya bahwa di seluruh dunia hak-hak perempuan akan disalahgunakan, dilanggar bahkan diancam.
Sebelum berbicara lebih dalam mengenai keseraraan gender, apa sih sebenarnya kesetaraan gender? Kesetaraan gender adalah kondisi yang setara di mana laki-laki dan perempuan bisa mendapat kesempatan, hak, manfaat dan akses yang sama sebagai manusia. Keduanya bisa sama-sama berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Guterres menggaris bawahi seruannya agar para pemimpin negara mengambil tindakan nyata untuk mempersempit kesenjangan gender, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi karena kontribusi penuh wanita untuk dunia sangat bermanfaat.
Menurut Indeks Kesetaraan Gender PBB 2020 dan Indeks Women, Peace and Security (WPS) ada 10 negara dengan tingkat kesetaraan gender paling parah. Pertama ada Afghanistan yang kini dipimpin oleh Taliban. Sejak Taliban mengambil alih kekuasaan, perempuan di sana secara otomatis dirampas hak-hak dasarnya sampai mereka belajar, mereka gagal begitu saja. Belum lagi aturan berpakaian dan melanggar aturan rumah juga dibatasi. Bahkan 35 dari 100 wanita di Afghanistan mengalami kekerasan di tangan pasangan intim mereka.Â
Di Indonesia sendiri jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, kesetaraan gender cukup buruk. Menurut penilaian Bank Dunia, Indonesia mendapat skor 70,6 pada tahun 2023. Itu cukup meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya mencetak 64,4 poin. Namun, Indonesia masih tertinggal jauh, karena berada diperingkat 8 dari 11 negara ASEAN.
Menurut Indeks Kesenjangan Gender Global 2020 sendiri, Indonesia semakin mendekati kesenjangan gender secara keseluruhan. Karena Indonesia berada di urutan 85 dari 153 negara dengan skor 0,700. Masalah terbesar Indonesia adalah pasar tenaga kerja dan pendapatan. Hanya 54,3 persen wanita Indonesia yang berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, sementara proporsi pria mencapai 83,9 persen. Kemudian penghasilan wanita Indonesia hanya separuh dari perkiraan penghasilan pria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H