Mohon tunggu...
Qiey Romdani
Qiey Romdani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis Freelancer

Penulis Freelancer dan Penikmat Sunyi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demi Satu Tujuan, 2 Anak Mengamen Sekaligus Menginspirasi Pengamen Lainnya

12 November 2018   16:57 Diperbarui: 12 November 2018   17:49 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tujuan hidup adalah untuk makan. Makan adalah hal  terpenting dalam setiap mekanisme manusia. Bisa dikatakan, tanpa makan  manusia akan kelaparan, dan kelaparan akan mengakibatkan kematian.

Dengan  demikian, dinamika kehidupan bersaing secara cepat untuk meraih satu  tujuan terpenting tersebut. Salah satunya dilalui berkerja. Belum tentu  semua orang dapat bekerja dengan hasil maksimal. Karena lowongan kerja  di Indonesia sedikit, sehingga banyak orang mencari kerja dengan  mengamin. Meskipun tak seberapa hasilnya, tetapi cukup mengisi perut  yang kosong.

Pamekasan, 02 November 2018 saya bertemu dua anak  kecil berumur 10 tahun kembar bernama Rehan dan Alan mengamin di depan  kos Al-Falah pada malam hari. Terlintas dalam benak, mengapa mereka  berdua berani berjalan keluar tanpa didampingi seorang pun. Apalagi saat  ini viral kabar penculikan anak kecil yang diambil organ tubuhnya untuk  dijual atau dijadikan tumbal. Namun, sedikitpun saya tak menemukan raut  ketakutan di wajahnya. Mungkin mereka tidak tahu tentang berita saat  ini atau mereka sudah berani melawan apapun.

Saya coba mengajak  duduk setelah mereka bernyanyi lagu "Ayah Kukirimkan Doa" karya Laoneis  Band. Dari lagu tersebut saya teringat bagaimana pengorbanan seorang  ayah pada anaknya meski pada hakikatnya lebih mulia ibu.  Saya bertanya  pada Alan- adik dari Rehan tentang keluarganya.

Ternyata mereka sejak  kecil ditinggal oleh ayahnya akibat penceraian antara ibu dan ayah.  Mereka sedikitpun tidak tahu wajah asli ayahnya sebab tragedi penceraian  tersebut saat masih bayi. Selang beberapa tahun, mereka merantau ke  Madura tepatnya di kabupaten Pamekasan lalu mereka ngekos di Pateker.  Mereka tinggal bersama ibunya. Dan ibunya menjual martabak di dekat  terminal umum Pamekasan.

Ada satu hal yang mengispirasi bagi saya  adalah mereka mengamin bukan bermaksud untuk memenuhi kebutuhan makan  atau membayar sewa uang kos. Tetapi, mengamin untuk memberikan kado  tiket kepulangan ibu ke rumah aslinya di Sidoarjo. Sementara uang  terkumpul dari selepas isyak sampai jam 21.00 berkisaran Rp. 42.000. 

Jika saya bayangkan biaya transportasi bus dari Pamekasan sampai  Surabaya berkisar Rp. 40.000 dan dari Surabaya ke Sidoarjo Rp. 15.000.  tentu butuh uang lagi untuk biaya bus mereka bertiga, berbeda lain biaya  makan saat perjalanan.

Oleh karena itu, saya berpikir jika semua  pengamin belajar pada dua sosok anak kecil berhati malaikat tersebut  maka kehidupannya akan bahagia. Rasa sosialisnya terhadap sesama yang  tinggi sehingga dapat menciptakan keharmonisan kehidupan, dan  menumbuhkan kasih sayang antar sesama manusia.

Pamekasan, 02 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun