Mohon tunggu...
qidiq
qidiq Mohon Tunggu... wiraswasta -

"apa yang aku tulis adalah yang pernah membiru dalam hatiku"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi

21 November 2012   20:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:54 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rindu segelas kopiku

Saat itu malam bertumpu dingin

Jiwa beku dalam kabut basah

Hangatmu menekuk kesepianku berdiri

Entah berapa minggu terlewatkan aromamu

Dan aku hanya memandang cangkir kosong tanpa isi

Hujan kembali datang

Angin menusuk membuat kaku

Aku beradu malam tanpa pekatmu

Entah dimana kini kau letakan warnamu

Ini gelas terakhirmu sebelum berlalu

Masih tersisa ampas dan bekas bibirmu

Kapan lagi kau duduk disini

Atau sekedar menyeduhkan kopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun