Mohon tunggu...
Maria Qibtiyya
Maria Qibtiyya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

an undergraduate tourism student | everyday citizen

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Edisi Temu Kangen Racikan Soto Pesisir Selatan

25 Juni 2023   09:30 Diperbarui: 25 Juni 2023   09:40 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto Petanahan Pak Kaimin (dokumentasi penulis)

Komposisi lain yang menjadi pembeda dengan makanan tradisional sejenisnya adalah kehadiran kecambah yang dipadupadankan dengan suwiran ayam kampung. Menurut Bu Fatmahatun, sang koki dan pemilik warung Soto Pak Kaimin, kecambah yang digunakan diproses sendiri. 

“Selain ketupat, khasnya Soto Petanahan adalah kecambah. Kecambah itu lain dengan toge, Mba. Kalau toge itu yang akarnya memanjang dan proses bikinnya ada bibitnya (obat/pupuk), kayak pemutih jadi warnanya nggak bisa hijau. Kalau kecambah itu cuma direndam setengah hari terus nanti ditiriskan. Tempatnya yang berangin sehingga udaranya bisa masuk seperti cething (bakul atau wadah nasi). Sehari disiram bisa tiga kali. Jadi, prosesnya pembuatan kecambahnya seperti itu.”

Sebagai kuliner tradisional, komposisi bumbu yang digunakan tentu tidak lepas dari rempah-rempah tradisional pula. Kalau Bu Fatmahatun menyebutnya adalah “bumbu pasar”. Bumbu pasar yang digunakan terdiri dari bawang merah, bawang putih, laos, kunyit, jahe, kemiri, merica, pala, terkecuali kencur.

Uniknya lagi, komposisi bihun dan kol yang teman-teman jumpai di soto-soto tradisional daerah lainnya, tidak termasuk ke dalam menu sajian Soto Petanahan ini.

Warung soto Pak Kaimin yang dikelola oleh Bu Fatmahatun sekarang adalah generasi ketiga. Bu Fatmahatun sendiri adalah putri dari Pak Kaimin dan cucu dari Pak Daslam. Menurut Bu Fatmahatun, warung soto yang beliau teruskan sudah berdiri sebelum zaman kemerdekaan Republik Indonesia.

“Bapak saya itu (Pak Kaimin) kelahiran 1947 dan sudah berjualan soto (Pak Daslam). Nah, bapak saya yang paling ragil (anak terakhir). Jadi kemungkinan itu (warung soto) sudah ada sebelum merdeka. Jadi, terkadang pembeli yang datang adalah pelanggan dari zaman mbah saya yang kebetulan sedang mudik.”

Bu Fatmahatun Dibantu Sang Putra (dokumentasi penulis)
Bu Fatmahatun Dibantu Sang Putra (dokumentasi penulis)

Tidak hanya soto, teman-teman juga dapat menikmati menu lain yang ditawarkan warung Pak Kaimin yakni gulai ayam. Hal yang membedakan gulai ayam dengan soto adalah campuran santan yang dapat ditemukan di gulai ayam. Gulai ayam sendiri, menurut Bu Fatmahatun, juga sudah menjadi jajanan khas Petanahan sejak dulu. Menu gulai ini mulai dijual oleh Bu Fatmahatun sejak tahun 1994-an. Orang-orang Petanahan familiar dengan sebutan becek. Weits, berbeda dengan becek yang datang setelah hujan itu ya, teman-teman.

Jadi, bagi para penggemar wisata kuliner yang ingin mencoba mencicipi hidangan khas Petanahan ini, teman-teman dapat mengunjungi warung Soto Ayam Kampung Pak Kaimin yang buka mulai pukul 09.00-19.00 WIB. Soto dan gulai ayam Pak Kaimin dapat dinikmati hanya dengan merogoh kocek Rp12.000. 

Setelah berkenalan dengan Soto Petanahan lewat cerita hasil kunjungan singkat saya yang setelah sekian lama tidak mengecap cita rasa kuliner wonge dewek, teman-teman wajib bersilaturahmi langsung dengan kuliner khas pesisir selatan yang satu ini, ya. Mengutip kata Alan D. Wolfet, “Food is symbolic of love when words are inadequate.” Makanan adalah lambang dari cinta ketika kata-kata tak cukup mengungkapkan, baik cinta dari penciptanya, kokinya, pelayannya, juga pewartanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun