Jalan-jalan ke pantai selatan rasanya masih kurang kalau tak singgah memanjakan lidah demi menikmati sajian kuliner khas Petanahan. Dalam kepulangan menuju kampung halaman, saya sempatkan menyambangi salah satu kuliner kesayangan di Kabupaten Kebumen ini. Dari beragamnya menu tradisional di penjuru nusantara, khususnya di tepian samudera hindia Pulau Jawa, siapa sangka ekspedisi meramu pangan berhasil diramaikan oleh Soto Petanahan yang dengar-dengar sudah dipelopori sejak sebelum kemerdekaan. Dengan memanfaatkan momen ini, saya mengajak teman-teman untuk berkenalan dengan Soto Petanahan melalui ramuan cerita perjalanan wisata kuliner.
Sesuai dengan nama asalnya, kalau di Lamongan ada Soto Lamongan, di Kudus ada Soto Kudus, di Betawi ada Soto Betawi, maka di Petanahan, ada soto Petanahan. Soto Petanahan merupakan menu racikan tradisional yang dapat dijumpai di daerah pesisir kidul, atau yang sahabat-sahabat saya lantangkan dengan sebutan “kisik” yang artinya daerah pinggir pantai atau pesisir.
Soto ini memiliki keunikan tersendiri. Berbeda dengan soto andalan kota teman-teman, Soto Petanahan disajikan dengan potongan ketupat, suwiran ayam kampung, kecambah, tanpa bihun dan kubis, serta dilengkapi dengan kondimen-kondimen pemikat rasa lainnya.
Salah satu legendarisnya Soto Petanahan adalah Soto Pak Kaimin. Warung Soto Pak Kaimin terletak di Jalan Laut-Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Jika teman-teman hendak mengunjungi Pantai Petanahan atau pun pantai-pantai di sekitarnya, teman-teman akan melewati warung soto ini tepat di kiri jalan setelah melalui Pasar Petanahan. Lokasinya yang strategis dan tidak jauh dari Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) yang menjadi penghubung kota-kota besar, membuat Soto Ayam Kampung Pak Kaimin/Daslam berpeluang dikunjungi banyak pelancong maupun wisatawan kuliner.
Pada Sabtu, 3 Juni 2023 lalu, saya temu kangen dengan Soto Petanahan, Soto Pak Kaimin. Setelah sekian lama akrab dengan soto-nya Jogja, berhubung saya mahasiswa yang indekos di Kota Pelajar ini, akhirnya saya kembali reuni dengan soto-nya Kebumen. Satu mangkuk soto dengan tambahan topping “balungan” yaitu tulang ayam dan jeroan yang digoreng krispi serta segelas jeruk hangat saya pesan.
Jika soto-soto yang saya temui di Jogja memakai nasi sebagai sumber karbohidrat, Soto Petanahan disajikan menggunakan ketupat.
Sambil menunggu pesanan, pandangan saya tertuju pada kendaraan yang berlalu lalang di jalan depan. Suasana warung yang tidak begitu riuh karena rombongan pembeli sebelumnya bergegas pulang setelah menyelesaikan hidangan mereka. Hingga beberapa menit kemudian, pesanan saya akhirnya datang. Suapan pertama yang begitu nikmat dengan kuah soto yang meresap ke dalam potongan ketupat, berhasil membungkam perut saya yang kelaparan. Rasa kuah soto yang cenderung manis menjadi kekhasan Soto Petanahan. Bagi teman-teman yang bukan pencinta rasa manis atau tidak tergabung ke dalam kaum sweet tooth seperti saya, dapat menambahkan taburan garam atau lada sesuai selera.
Selain itu, aroma kuah soto yang terkandung rempah tradisional berpadu dengan balungan yang teksturnya renyah, begitu kuat. Teman-teman dapat mengecualikan tambahan kondimen ini sesuai permintaan. Bagi penggemar daun bawang juga tidak perlu khawatir apabila menyadari ketidakhadiran jenis sayuran ini dalam dokumentasi saya karena si penulis ini bukan bagian dari “sekte” tersebut. Jadi, teman-teman masih dapat menikmati rasa daun bawang yang langu dan menyengat itu dalam menu yang kalian pesan yaa, hehehe.