Mohon tunggu...
Andi Zulkifli Nurdin
Andi Zulkifli Nurdin Mohon Tunggu... Administrasi - Aparatur Sipil Negara yang hobby Ngeblog

Seorang Abdi Negara yang berprofesi sebagai PNS. Mencoba untuk tetap eksis menulis sebagai sarana berbagi dan menjalin persahabatan. Sekarang aktif di Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Sulsel

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Mengasyikkan Naik "Hardtop Bugis"

11 Maret 2010   14:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendi atau kereta yang ditarik oleh seekor kuda sampai saat ini masih tetap beroperasi di Kabupaten Soppeng. Meskipun Pa' Bendinya panggilan untuk pengemudinya sudah tergolong berusia lanjut. Maklum saat ini para generasi muda tidak ada lagi yang mau melirik profesi ini. Mereka pikir daripada ngurusin kuda mendingan nyicil motor buat dipakai ojek. Padahal dulu kendaraan ini merupakan favorit masyarakat, sampai-sampai mendapat julukan "Hardtop Bugis" dari warga. Dengan kondisi geografis kota yang banyak tanjakan maka kendaraan ini sangat cocok. Pas buat ke pasar dan sangat digemari ibu-ibu rumah tangga. Dulu sempat ada kebijakan agar keberadaan Hardtop Bugis ini di museumkan saja. Alasannya, kotoran kuda serta bau yang tidak sedap bisa mengganggu pemandangan kota. Apalagi pada saat itu lagi gencar-gencarnya Program Adipura. Pro kontra pun terjadi, akhirnya didapatkan solusi agar semua pemilik kendaraan tersebut diwajibkan menyediakan tempat kotoran bagi kuda. Kebijakan ini ternyata efektif dan bisa menyelamatkan keberadaan kendaraan khas ini hingga sekarang. Sekarang Bendi menjadi kendaraan untuk bernostalgia. Berkeliling kota naik Bendi bersama keluarga memang sangat mengasyikkan. La Beddu, salah satu Pa' Bendi yang biasa mangkal di seputaran kota mengakui kalau profesi ini dilakoninya semata-mata karena tidak ada lagi pekerjaan yang bisa dilakukan. "Sebenarnya anak-anak saya sudah protes kalau ayahnya tetap meneruskan profesinya, disamping karena alasan umur dan fisik juga faktor psikologis," katanya sambil memberi makan kuda kesayangannya. Untuk merawat dan memelihara seekor kuda betapa repotnya. Tidak ada lagi padang rumput serta lahan yang luas buat pengembang biakannya. Berganti dengan perumahan disana-sini. Walhasil kendaraan ini tinggal menunggu waktu dari kepunahan dan hanya bisa menjadi memori bagi warga yang pernah merasakan asyiknya naik Bendi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun