Profesi sebagai tukang jahit sandal/sepatu sudah semakin langka kita temukan. Salah satunya bapak yang setiap harinya mangkal di pusat kota Soppeng ini. Setiap hari dengan tekun memperbaiki sandal maupun sepatu para pelanggannya. Dalam satu hari ada saja pelanggan yang datang membawa order. Dengan tarif 15-20 ribuan setiap pasangnya, pak tua ini bisa mengais rejeki. Sangat disayangkan jika profesi ini harus "punah" karena tidak adanya regenerasi. Apalagi zaman sekarang, mana ada generasi muda yang mau melakoni profesi tersebut. Masuknya produk-produk sekali pakai dengan harga murah menjadikan kita tidak mau pusing jika sandal maupun sepatu rusak. Dalam benak tentu berpikir, kenapa harus repot bawa ke tukang jahit sandal, beli saja lagi yang baru. Sekarang banyak sekali kemudahan-kemudahan yang bisa didapatkan. Tergantung kemampuan dompet masing-masing. Sandal rusak tinggal beli di warung sebelah. Sepatu rusak, tidak usah risau. Datang ke mall semua model tersedia. Pernahkah terpikirkan bahwa segala kemudahan serta fasilitas yang ada justru membawa kita menjadi manusia malas. Waktu serasa semakin sempit. Kita terjebak dalam kemudahan yang membosankan. Tidak ada lagi tantangan hidup. Pak Tua ini adalah contoh manusia langka. Walau umur sudah lanjut, tapi fisik serta tenaga masih prima. Tidak seperti sekarang, masih muda tapi sakit-sakitan. tulisan ini juga dimuat di www.soppengposonline.co.cc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H