Secepat ini, Dia telah berlalu, pergi mengikuti aliran waktu, angin yang bertiup dari timur membawanya jauh dari sisiku. Saya bukan hanya melihat cintaku pergi tapi suamiku kini jauh dari hadapanku "wahai angin bawalah rinduku kepadanya agar dia merasakan detakan jantung ini yang setiap detiknya memanggil namanya".
  Kumenitipkan do'a keselamatan kepada jiwa -- jiwa yang tidak tampak, sampaikan seluruh keluh kesah ini kepadanya bahwa saya dipelukan senja_dibibir pantai kupandangi bekas -- bekas sinaran cahaya senja sore saat terakhir jemariku memegang tanganmu yang selalu berharap kepadamu wahai Imam terbaikku untuk tidak pergi meninggalkanku.
Tapi, disore ini bukan hanya terperangkap oleh perasaan ini, jauh malam membuatku sunyi didalam kamar yang penuh kenangan kita.
Adakah Mas Fauzi memikirkan batin ini, adakah dia berbicara kepada angin malam, saya menunggumu disetiap do'a malamku.
Mas, mengapa harus pergi, diriku sunyi. Tidak ada kegembiraan saat kepergianmu, dikehidupan ini mengapa hubungan ini harus dipisahkan oleh jarak yang kutahu ini bukanlah kehendak kita.
Sama siapa ingin kucurahkan segalanya, tak ingin diriku melalaikan kewajibanku sebagai seorang istri yang tetap setia kepadamu. Apakah ini adalah kebenaran rumah tangga kita, mengapa harus seperti burung yang bersiul dimalam hari yang nyaring berbekas irama jauh diangkasa sana.
Ya Tuhanku jagalah suamiku dimanapun dia berada, baru minggu kemarin dia meninggalkanku seakan terjadi sudah cukup lama. Roman yang kami bangun diatas dasar perasaan memang membuahkan hasil yang malam ini "teman hidupku yang tidak bisa kujangkau dengan senandu suara mesra memojokanku keruang kenangan_tersirat dimataku bahwa engkau dipelukan malam menghadap arah timur."
  Kekasihku, sungguh aku tak bisa menahan rindu yang engkau bebankan kepadaku, kamu mungkin rindu tapi tidak seberapa rinduku pada wajahmu dimalam ini. Rona cahaya gelap tak lagi mengundang sinar lentera hingga jiwaku redup, cahaya itu engkau bawa seutuhnya, kupatrikan wajahmu disinggasana kita, disini bingkai gambarmu menjadi temanku yang sempurna, kupeluk agar rasa rindu ini sedikit hilang namun tak ada kuasaku "menepis kerinduan adalah kebodohanku"_mengapa harus begini wahai Imamku ?.
Ya Tuhanku, jagalah dia. Malam ini, aku tidak tahu dimana posisi suamiku tapi keyakinanku selalu mengatakan bahwa dia bersama teman -- temannya. Apakah ini sebuah cobaan akibat kehendak orang tua yang tidak aku ikuti atau ini adalah jalan yang memang sengaja Allah mendesainnya seperti ini agar kelak dipertemuan kami laksana embun yang mendinginkan tubuh. Tapi adakah itu akan terjadi, kehendak itu menyakitiku Ya Tuhanku, sampai kapankah ini akan menguji keimananku untuk menjaga kesetiaan ini untuk suamiku.
Kembalilah secepat kilat agar kamu tahu bahwa istrimu ini begitu sangat membutuhkanmu, hujan Rahmat dariNya tak lagi membasahiku. Saya tahu bahwa kewajiban seorang suami adalah mencari nafkah buat istrinya tapi lupakah kamu, kewajiban itu mestinya harus berjalan beriringan dengan kewajiban biologis dimana saya hanya mampu menahan gejolak rasa yang sama sekali membuatku lelah dalam menantimu.
  Do'aku senantiasa kuhaturkan kepadaNya, berharap dimalam ini wujudmu datang dalam mimpiku agar menjadi cerita esok bahwa tadi malam engkau datang menemuiku.