Mohon tunggu...
QayyumNaya
QayyumNaya Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Penulis

Hanya Penulis biasa yang suka menulis. Hobi membaca dan menulis. Dan biasa saja dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Dipersimpangan

2 Juli 2023   06:10 Diperbarui: 2 Juli 2023   06:12 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Seorang wanita yang terbilang sukses di bidang property sejak lima tahun lalu ternyata menjadi alasan utama hingga saat ini, ia masih hidup sendiri.

    Andini namanya, umurnya berkisar 27 tahun. Bisnis yang digeluti nya sekarang pada awalnya diperkenalkan oleh seorang laki-laki yang dalam sebuah seminar tentang "Perkembangan Dunia Property dan Tata Kelola bisnis Perumahan."

    Sejak saat itu, Andini mulai menyukai bidang property dengan banyak belajar tentang teori maupun ilmu praktek aktifitas pembangunan property.

    Ringkasnya, Andini sukses setelah benar-benar tekun menjalankan bisnis property tersebut. Namun, ada hal yang hilang dari dirinya yang ia sendiri rasakan sebagai suatu kebenaran yang hakiki.

    Hal yang hilang itu mulai terdeteksi ketika pada pagi hari, ia sedang jongging pagi. Dalam keadaan istirahat, matanya tidak sengaja melihat seorang wanita yang kira-kira umurnya sama dengan dia sedang menjajakkan jualannya dipinggir jalan.

    Wanita dengan pakaian serba rapih itu, dibalut oleh hijab mengulur sampai betis kakinya itu membuatnya bertanya-tanya, dia heran, bukan baru melihat penampilan wanita seperti itu, yang membuatnya bertanya-tanya adalah adanya seorang laki-laki disampingnya yang biasa saja.

    Tapi kebahagiaan mereka berdua sekaan tidak bisa dilukiskan dengan hanya menjadi seseorang yang sukses.

    Andini mulai mengoreksi dirinya, mulai berjalan memutari waktu yang telah ia lalui, mulai menelusuri proses belajar mengajar hidupnya yang sejak lama ini hanya fokus mencari harta dan harta hingga ia lupa untuk apa Tuhan menciptakannya didunia ini, hingga ia lupa bahwa kehidupan seorang wanita selalu ada sosok laki-laki perkasa yang rutin menemani kehidupannya.

    Dengan sikap yang seharusnya, Andini mendekati wanita tadi. Tujuannya adalah ingin membeli jualan bubur pisang yang nampak menggoda itu. Bukan itu maksud yang sesungguhnya melainkan suami dari laki-laki wanita itu sungguh menarik perhatian Andini.

    Pelan tapi pasti. Setelah begitu dekat, Andini menanyakan bubur pisang yang ingin dia beli, "Bu satu porsi tolong dikantongin ya." Katanya pada penjualnya.

    Bubur pisang itu pun dengan segera dimasukan kedalam kantongan plastik lalu diberikan kepada Andini yang sejatinya sedang berbicara dalam hatinya, "andai aku sudah bersuami."

    "Berapa harganya ?." Tanya Andini.

    "Lima ribu, Bu." Jawab penjualnya.

    Andini mengeluarkan uang seratus ribu dan diberikannya pada penjual itu sambil hingga mereka saling berkenalan.

    Perkenalan itu ternyata menjadi tanda tanya besar bagi penjual bubur tadi. Bagaimana tidak ?!. Suaminya yang sama sekali belum pernah terlihat aneh, setelah perkenalan itu, mulai acuh dengan kebiasaan yang sering mereka berdua lakukan. Bagun tengah malam untuk menyiapkan bekalan jualan apabila pagi sudah tiba.

    Suaminya lebih banyak menghabiskan waktunya didepan hpnya ketimbang bersama istrinya.

    Disuatu kesempatan ketika Mas Gagah sedang mandi. Ayu yang merupakan istrinya, yang telah merasakan perubahan suaminya itu. Memberanikan dirinya untuk membuka hp milik suaminya yang disimpannya dibawah bantal.

    Dengan buru-buru, Ayu masuk ke WA milik suaminya. Didalam WA itu, ia melihat isi chatingan suaminya yang mengejutkannya. Kata-kata roman cinta yang bertengger penuh makna menyayat-nyayat perasaan nya.

    Ayu diam dipenuhi dengan rasa sakit namun ia jaga agar diimata suaminya tidak terlihat seperti apa sakitnya hati yang tertusuk itu. Duri yang menancap di dadanya, ia buka dengan sentuhan jari lemasnya, tidak ada komentar yang bisa ia ucapkan ketika melihat suaminya keluar dari kamar mandi.

    Gagah yang tidak tahu apa-apa tentang istrinya itu langsung menyapa istrinya dengan cara kepura-puraan. Dia bilang, "Yu, siap-siap, kita pergi jualan, seperti biasanya."

    "Aku malas, Mas." Jawabnya. Dengan keluhan yang agak merinding didengar oleh suaminya. "Aku capek cari uang seharian duduk dipinggir jalan."

    Sebenarnya bukan capek tapi memang itulah kata-kata yang mungkin pantas Ayu bahasakan pada suaminya.

    "Kamu kenapa ?. Hari ini tiba-tiba bicara capek padahal kemarin-kemarin yang paling rajin itu, kamu yang duluan ngajak aku. Ini hari, kok kamunya yang tidak semangat gitu.''

    Disela percakapan mereka, tiba-tiba hp milik Mas Gagah berbunyi. Suara notifikasi Wa masuk ke hpnya. Diambillah hp itu untuk melihat pesan masuk yang baru mulai merenggut sisi kebahagiaan Ayu.

    Sementara Ayu hanya diam saat melihat suaminya senyum-senyum sendiri ketika membaca pesan itu. Tidak ada pertanyaan yang dapat Ayu ajukan selain keluar dari dalam kamar menuju teras rumah. Ayu mencoba menenangkan dirinya, menghibur perasaanya agar bisa bertahan dalam keadaan yang baru mulai merapuhkan ketenangan rumah tangganya itu.

    Tidak lama kemudian, suaminya keluar dari dalam rumah dengan penampilan yang luar biasa. Penampilan itu sudah sangat lama dilihatnya dari suaminya, penampilan itu menarik sekali di mata Ayu sebab awal-awal mereka saling kenal, Mas Gagah sering mendatangi nya dengan model penampilan itu.

    "Mau kemana, Mas ?. Tumben sekali Mas keluar berpakaian seperti ini ?. Emang ada rencana penting hari ini ya sampai Mas berpakaian seindah itu ?."

    Gagah masih biasa saja. Ia mengira bahwa istrinya belum tahu kalau tujuannya pergi sebenarnya ingin bertemu dengan Andini.

    "Mas mau keluar sebentar Yu. Ada sesuatu yang ingin Mas lakukan."

    "Jadi gimana dengan hari ini, katanya mau jualan ?." Ayu mencoba membuat suaminya agar tidak pergi.

    "Lah, tadi kamu bilang malas. Sekarang mau pergi jualan. Mas bukan tidak mau jualan hari ini. Setelah selesai urusan Mas, aku temui kamu ditempat biasa ya.''

    "Oh, begitu ya." Sekali lagi, Ayu dengan sikap tenang nya mampu membuat suaminya tidak curiga padanya.

    Hingga akhirnya Ayu memutuskan untuk mengikuti suaminya yang baru saja pergi menaiki angkot umum.

    Selama diperjalanan mengikut suaminya, Ayu selalu bertanya-tanya sebenarnya wanita mana yang telah mampu merubah persepsi suaminya hingga seberani ini selingkuh dibelakangnya.

    Angkot yang ditumpangi suaminya berhenti didepan sebuah perusahaan property yang ternama yang berskala nasional yang selama ini selalu ia lihat muncul dilayar televisi dengan berbagai program unggulan yang ditawarkan pada masyarakat.

    Dalam hatinya Ayu berbicara, "Tidak mungkin Mas Gagah datang ketempat ini ?. Tapi mobil yang ditumpangi benar berhenti didepan kantor yang bertuliskan "Andini grup."

    Berselang dengan pertanyaan yang memutar-mutar dikepalanya. Mas Gagah kemudian turun dari mobil angkot tadi, dia berjalan menuju pintu utama kantor Andini.

    Seorang wanita yang serba rapih keluar menjemput Mas Gagah didepan pintu masuk. Diraihnya tangan Mas Gagah seakan memegang tangan suaminya. Ayu melihat kejadian itu semakin membuat perasaan tersakiti, ia mau turun untuk memperjuangkan hubungan rumah tangga nya namun ia kembali berpikir bahwa apa yang dilihat nya belum tentu seperti itu kenyataannya. Ayu tetap berpikir positif dan tetap mencoba mengajak amarahnya berkompromi dengan cara tetap sabar.

    Ayu tetap menunggu suaminya diluar dengan berharap semoga suaminya bukanlah laki-laki pengecut.

    Sementara didalam kantor tepatnya diruangan Andini. Terdapat kamar kecil, kamar khusus yang biasa dipakai oleh Andini untuk beristirahat yang  terbilang mewah. Disitu, Mas Gagah sedang menikmati keindahan masa depan yang cerah namun agak beresiko mereka jalani. Sedang dalam proses menata kehendak yang hanya mereka berdua yang tahu.

    Hal itu dilakukan sebagai bentuk mengobati kerinduan yang mendalam bagi mereka berdua. Hingga akhirnya Andini mencoba untuk mengatakan sebuah kebenaran hati yang menurutnya dapat diterima oleh Mas Gagah.

    "Mas, perasaan ku padamu sebenarnya tidak salah kan ?. Aku tahu, kalau Mas sudah beristri tapi perasaan ini tidak bisa aku pendam sendiri, aku pengen kita menikah, Mas."

    Mendengar keinginan Andini itu, Mas Gagah bingung mau menjawab seperti apa. Pasalnya, pernikahan nya dengan Ayu bukan karena saling mencintai tapi karena ada suatu sejarah unik dari sampai mereka diharuskan untuk menikah.

    Lima tahun yang lalu awal kisah pernikahan Gagah dengan Ayu terjadi. Pada suatu hari, Ayu seperti biasanya menjajakan kue bikinannya di sebuah tempat yang tidak jauh dari halaman (lingkungan) rumah sakit.

    Gagah yang drop karena masalah serius membuatnya putus asa. Ini berkaitan dengan kondisi orang tuanya yang harus dioperasi karena penyakit yang tidak biasa. Karena tidak memiliki modal yang cukup, pinjam kesana kemari, tidak ada yang juga memberinya pinjaman hingga pada kesempatan sudah tidak ada jalan.

    Ayu tanpa sengaja mendengar keluhan Gagah lewat do'anya ditempat dimana agak tidak jauh darinya menjual. Mendengar itu, Ayu mendekati Mas Gagah dan menawarkan pinjaman untuknya.

    Darisanalah kisah mereka dimulai makanya saat Andini mengajukan harapan indah padanya, Gagah bingung mau menjawab seperti apa. Bukan karena dia tidak mau tapi beban moral yang mungkin tidak bisa ia balas pada istrinya. Namun disamping ini, dia juga tidak bisa berbohong kalau benih kesuburan yang telah ia tanam pada Andini, tidak akan lama akan subur seiring berjalannya waktu.

    "Mengapa kamu diam setelah mendengar harapan indah dariku, Mas Gagah ?." Tanya Andini dengan serius.

    "Haaa... Apa ?."

    Andini mengulang pertanyaan, "mengapa kamu diam ?."

    "Ah, tidak !. Aku cuma pengen waktu untuk menjawab nya."

    Andini yang sedang dalam keadaan seperti itu, bangkit dari tempatnya. Dia begitu sangat marahnya setelah semuanya selesai, dengan gampangnya Gagah mengatakan padanya untuk memikirkan nya dulu.

    Sebagai seorang wanita, Andini memiliki perasaan sakit yang sama dengan yang dirasakan Ayu. Sampai pada suatu ketentuan, Andini mencoba menenangkan pikiran nya dan berkata kepada Gagah bahwa dia rela menjadi orang kedua.

    Gagah yang merasa bersalah sebab telah mengacaukan dua kehidupan wanita hebat yang mencintainya. Dengan perasaan yang seharusnya tidak dia katakan, dia ungkapan pada Andini, "kalau harus seperti itu maka kita berdua harus menemui istriku untuk mengatakan kepada nya bahwa kita sudah sampai pada tahap dimana pernikahan tidak bisa lagi dihindari."

    Mereka berdua kemudian keluar dari dalam kecil, menata ruangan yang agak berantakan lalu menuju luar kantor. Ternyata, baru sampai dihalaman kantor, dilihatnya lah Ayu berdiri.

    Gagah tidak bisa lagi berkelip. Gagah tetap berjalan menemui istrinya diikuti Andini yang terlihat menundukkan wajahnya.

    Didepan Ayu, mereka menjadi lunak dan mengalah. Mereka terlihat seperti orang yang sedang dalam kebingungan.

    "Kalian bukan manusia." Ayu tidak bisa menahan amarahnya hingga mengeluarkan bahasa itu.

    "Dengar dulu." Sahut Andini. Andini melanjutkan bicaranya, "sebenarnya Mas Gagah diterima dikantor kami sebagai staf.'' Andini tidak sampai hati mengungkapkan kebenarannya pada Ayu sampai dia harus berbohong bahwa suaminya diterima dikantornya.

    Tetap saja Ayu tidak percaya dengan penjelasan itu. Ada beberapa hal yang dia tidak percayai tapi paling utama adalah adanya chatingan mesra yang sudah ia lihat di hp suaminya itu.

    "Ayo kita pulang Mas dan kamu jangan pernah lagi bertemu dengan suamiku."

    Cinta yang singkat itu membawa harapan yang hampa dalam kehidupan Andini. Sementara Ayu belajar dari setiap pembeli yang datang membeli jajanannya.

    Gagah pulang bersama istrinya dengan meninggalkan Andini didepan kantornya yang dipenuhi dengan cuaca buruk yang sebentar lagi hujan akan turun.

    Melihat Gagah pulang bersama istrinya, Andini hanya berbicara dalam hatinya, "aku yang salah karena mencintai milik orang lain. Seharusnya aku tidak menjadi alasan mereka untuk bertengkar. Jika seperti ini sebaiknya aku yang mengalah daripada selamanya, aku akan menyesali perbuatan ku sendiri karena telah merusak mutiara rumah tangga mereka.''

    Andini mengelus dadanya sambil tersenyum, "wahai hati, sabar ya !. Ada laki-laki yang baik yang menantimu."

    Andini membiarkan cinta nya mengkilap walau sesaat menetap menemani kekosongan jiwanya, Andini menerima dengan ikhlas yang telah terjadi tanpa menyakiti jauh hubungan antara hati yang sedang berbicara mungkin tidak pada tempatnya kebahagiaan dipertahankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun