Langkah awal kolaborasi pemberdayaan anak ditandai dengan Forum Diskusi antara KKM 86 UIN Malang dan Laskar Anak Desa Wonorejo. Diskusi ini bertempat di MTs Al-Amin, Rabu, 25 Desember 2024. Topik yang diangkat dalam forum ini adalah beberapa aspek terkait program Laskar Anak, khususnya pengembangan program DONAT (Dolanan Anak Tradisional) yang kini tengah digalakkan di desa tersebut.
Program DONAT ini bertujuan untuk memperkenalkan permainan tradisional engklek, yang dimainkan dengan kode sebagai sugesti untuk pencegahan pernikahan anak. Permainan ini, selain mengajak anak-anak untuk beraktivitas fisik, juga mengandung nilai-nilai yang mengedukasi mereka tentang pentingnya menjaga masa depan dan menghindari pernikahan dini.
Dalam diskusi yang dihadiri oleh 12 anggota perwakilan dari KKM 86 UIN Malang dan 9 perwakilan Laskar Anak, topik utama yang dibahas adalah upaya untuk mengembangkan program DONAT sebagai media edukasi yang lebih luas. Laskar Anak, yang diketuai oleh Ahmadsyah Wildan Rosyid, juga merupakan Ketua OSIS MTs Al-Amin Desa Wonorejo, memainkan peran penting sebagai pendidik sebaya. Organisasi ini langsung diamanatkan oleh pemerintah desa sebagai ujung tombak dalam pendidikan dan pelaporan masalah anak, terutama terkait dengan pernikahan dini yang marak terjadi di Kecamatan Poncokusumo.
Kepala Desa Wonorejo menyambut baik kolaborasi ini dan mengharapkan Laskar Anak bisa menjadi agen perubahan di desa, serta berperan aktif dalam mendidik teman sebayanya. "Laskar Anak diharapkan menjadi pelapor sekaligus pelopor dalam memperjuangkan 4 hak anak: hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi," ungkap Bapak Bagus, Sekretaris Desa Wonorejo.
KKM 86 UIN Malang, sebagai mentor, berkomitmen untuk mendukung pengembangan program ini dengan memberikan bimbingan, terutama dalam mengoptimalkan peran Laskar Anak dalam sosialisasi permainan ke sekolah-sekolah. Diharapkan, melalui pendekatan yang menarik dan edukatif seperti permainan tradisional, anak-anak dapat lebih memahami dan terlibat dalam isu-isu perlindungan anak.
Diskusi ini juga menghasilkan kesepakatan untuk mengadakan pertemuan lanjutan setiap minggu, guna mematangkan rencana program yang akan dijalankan. Fokus utama adalah memaksimalkan sosialisasi permainan ke sekolah-sekolah dan memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para siswa.
Forum ini juga menekankan pentingnya membangun kepercayaan diri di kalangan anggota Laskar Anak, agar mereka dapat lebih aktif dalam menyampaikan informasi dan melaporkan masalah yang terjadi di sekitar mereka. Kepercayaan diri ini diharapkan dapat memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan di komunitas dan sebagai pelopor dalam hak-hak anak di desa Wonorejo.
Dengan adanya program ini, diharapkan Desa Wonorejo dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menjalankan program inklusi pemerintah Kabupaten Malang untuk pencegahan pernikahan anak dan peningkatan kualitas hidup anak-anak di desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI