Sebagai individu, kita semua mungkin pernah menjalani tes psikologi dalam hidup kita, entah itu dalam rangka penjurusan di sekolah, rekrutmen dan seleksi kerja, atau diagnosa kesehatan mental. Namun, apa yang banyak dari kita mungkin tidak sadari adalah potensi penyalahgunaan dalam tes ini, dan konsekuensi negatif serius yang dapat dihasilkan dari praktik ini.
Misalnya, bayangkan menerima diagnosis gangguan kesehatan mental berdasarkan tes yang diberikan secara tidak benar atau diinterpretasikan secara tidak akurat. Kesalahan diagnosis ini dapat menyebabkan penanganan yang tidak tepat atau berbahaya, diikuti oleh konsekuensi negatif lain.Â
Atau, bayangkan kesempatan kerja atau pendidikan ditolak berdasarkan hasil tes yang bias terhadap jenis kelamin atau latar belakang budaya kita. Â
Di skenario lain, mungkin kita diterima namun banyak ketidakcocokan antara diri kita dengan nilai perusahaan karena tes yang digunakan dalam seleksi menjaring orang yang tidak tepat.
Ini hanyalah beberapa potensi penyalahgunaan tes psikologi.
Pada artikel ini, kita akan membahas fenomena penyalahgunaan dalam tes psikologi, serta mengeksplorasi konsekuensinya bagi individu dan masyarakat.Â
Saya juga menyertakan panduan singkat untuk masyarakat umum. Dengan memahami masalah ini dan mengambil langkah-langkah untuk mencegahnya, kita dapat memastikan bahwa tes psikologi digunakan dengan etis, sehingga dapat mendorong kesejahteraan individu dan masyarakat.
Misuse dan Abuse dalam Tes Psikologi
Tes psikologi merupakan bagian integral dari psikometri, bidang studi yang berfokus pada pengukuran konstruksi psikologis.
Sebelumnya, saya telah menulis artikel mengenai karakteristik tes psikologi yang baik (Baca di sini).
Tujuan dari tes psikologi adalah untuk memberikan ukuran konstruksi psikologis yang valid dan dapat diandalkan, seperti kecerdasan, kepribadian, dan diagnosa kesehatan mental.Â