Mohon tunggu...
Rifai Magimai
Rifai Magimai Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sudahkah Mereka disebut Politisi

21 April 2019   21:26 Diperbarui: 21 April 2019   21:44 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang politisi bukanlah sesuatu yang mudah,sebab ia harus menjadi panutan bagi rakyat yang ia pimpin. Semua tutur kata dan perbuatannya tidak boleh menyinggung hati rakyat atau bersifat provokator.

Akhir-akhir ini banyak politisi yang bermunculan  dimedia sosial tidak memenuhi criteria tersebut,banyak kontroversi yang sering dibuat-buat agar elektabilitasnya naik supaya jumlah ketertarikan masyarakat padanya meningkat, tapi nyatanya rakyat nuentara sekarang sudah mulai bijak dalam memilih dan memiilah mana politisi yang pantas di pilih dan mana yang tidak.

Jumat 18 april dikota Tonia Ampuena tepatnya di keluarahan Antausa ada seorang caleg dari Partai Pisang menyempatkan melaksanakan sholat jumat di kelurahan tersebut dan seusai sholat ia menyempatkan memberikan Pidato atau ceramah pada jamah mesjid.dalam penyempaianya ia mengeluarkan statmen bahwa ia merasa heran dengan warga masyakarat tersebut kenapa mereka lebih memilih ibu nana dari partai bulan,apalagi dia sudah jelas non muslim,ia juga mengatakan bahwa jumlah suaranya yang berkisar 700 suara ia ingin mengembalikannya ke KPU, ia juga mengungkit kembali pemberian karpetnya 5 tahun kemarin agar bisa di berikan di mesjid lain.

Mendengar hal tersebut salah satu dari jamah mesjid berteriak dan marah besar dan itu memancing semua jamah tanpa piker panjang mereka mengusir caleg tersebut ,mereka juga membuka karpet dan membakar dan membawah karpet tersebut di rumah caleg yang kebutulan rumahnya bersebelahan dengan kampong tersebut.

Kejadian tersebut bukan hanya memancing kemarahan bagi masyarakat antausa tetapi masayarakat upatiti merasakan marah karena ulah masrakat antausa yang menganggu kenyamanan kelurahan mereka hingga mengakibatkan saling lempar batu tak terhenti sampi menimbulkan beberapa warga luka akibat terkena lemparan batu.

Semua kejadian tersebut tak berhenti hingga datang walikota dan wakil bersama aparat untuk membubarkan bentrok tersebut.

Dari kejadian tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa Politik selalu punya resiko apapun situasi dan kondisi,sekarang seorang politisi bisa di puja dan disayangi oleh rakyat tapi di lain waktu ia juga bisa dibenci.

            Siapapun bisa menjadi seorang politisi tapi ia harus paham bahwa seorang politisi hanyalah seorang pelayan bagi masryarakat,ia harus selalu siap melayani kebutuhan rakyat dan siap menerima kritikan yang datang.

Dan di akhir tulisan singkat ini saya ingin berpesan untuk para politisi yang diberikan amanah untuk menduduki jabatan sebagai anggota DPR,DPRD maupun DPD bekerjalah sesuai dengan porsinya masing-masing,ingat bahwa amanah itu dilaksanakan bukan di abaikan dan dinimati untuk kebahagiaan pribadi dan sanak keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun