Untuk yang pertama kalinya saya akan membuat sebuah tulisan, sebenarnya saya membuat tulisan ini hanya sebatas untuk mengeluarkan apa isi hati saya dan apa yang saya rasakah. Kali ini saya akan menulis mengenai keterlambatan pencairan living cost bidikmisi. Seperti yang kita semua tahu bahwa mahasiswa bidikmisi diperuntukkan mahasiswa yang kurang mampu dan ingin kuliah. Semakin hari kuota bidikmisi sendiri semakin bertambah, selain itu juga mulai tahun kemarin living cost bidikmisi semula hanya 600ribu naik menjadi 650ribu. Kenaikan living cost tersebut tentu disambut oleh mahasiswa bidikmisi.
Namun, mulai pada awal tahun 2016 pencairan living cost bidikmisi semakin tidak jelas waktunya dan yang paling parah adalah untuk periode bulan September-November 2017 karena keterlambatan pencairan bidikmisi memakan waktu yang sangat lama mencapai hampir dua bulan padahal kuliah semester ganjil sudah dimulai pada bulan Agustus namun sampai sekarang suah hampir 2 bulan bidikmisi tak kunjung cair. Alasan terkait keterlambatan pencairan tersebut karena keterlambatan universitas dalam mengirimkan evaluasi akademik kepada DIKTI. Menurut saya hal ini tidak bisa dijadikan sebagai alasan, bahkan setelah mengirimkan evaluasi akademik pun masih harus menunggu lama satu bulan cair hingga akhirnya cair. Ketika para mahasiswa bidikmisi menanyakan ini kepada DIKTI, pihak DIKTI hanya bisa menjawab mohon bersabar karena sedang diproses.Â
Apakah hanya dengan kata 'sabar' mahasiswa bidikmisi dapat kenyang? Apakah dengan kata 'sabar' mahasiswa bidikmisi dapat terhindar dari pengusiran oleh pemilik kost? Apakah dengan kata 'sabar' mahasiswa bidikmisi dapat membiayai penelitian skripsi mereka? Apakah semua itu dapat dibayar dengan kata 'sabar'?
Ketauilah para penguasa negeri ini, hidup mahasiswa bidikmisi tak seperti hidup kalian. Banyak mahasiswa bidikmisi yang hanya bertumpu dari beasiswa bidikmisi untuk menghidupinya tanpa bergantung kepada orang tua karena memang kehidupan keluarganya serba kekurangan. Lantas apakah untuk makan harus menunggu pencairan yang memakan proses yang sangat lama, apakah terlebih dahulu harus ada mahasiswa bidikmisi yang meninggal dunia akibat tidak pernah makan baru kalian akan berbenah?
Saya tahu, semua ada prosedurnya dan saya paham mengenai hal ini karena apabila tidak sesuai dengan prosedur yang ada akan kena OTT oleh KPK. Namun, sistem yang ada pada pencairan bidikmisi sendiri saya rasa terlalu rumit padahal sistem yang membuat adalah manusia oleh karena itu secara tidak langsung manusia nya lah yang  membuat semua urusan ini menjadi rumit. Kalaupun ada sistem yang lebih efisien kenapa tidak menggunakan sistem tersebut? kenapa lebih suka sistem yang sulit?
Lagi lagi permasalahan klasik di negara ini adalah masalah birokrasi. Padahal untuk beasiswa PPA sendiri yang sama-sama bersumber dari DIKTI sudah beberapa kali cair. Sedangkan bidikmisi tidak ada kejelasan sama sekali dan entah hilang ditelan oleh ruang dan waktu. Padahal seperti yang kita semua tahu dana bidikmisi ditujukan untuk rakyat miskin yang ingin melanjutkan kuliah sedangkan PPA tidak. Namun kenapa yang didahulukan adalah beasiswa PPA? bukankah mereka sudah ada untuk biaya kehidupan sehari-hari? Sedangkan disisi lain mahasiswa bidikmisi menahan lapar demi melanjutkan kuliah.
Alasan banyaknya mahasiswa yang memperoleh dana bidikmisi sehingga menyebabkan keterlambatan. Bukankah sudah ada anggaran untuk jumlah mahasiswa penerima bidikmisi tersebut? Seperti yang saya tahu ketika mengikuti kuliah Politik Keuangan Daerah, belanja negara ditentukan terlebih dahulu baru kemudian pemerintah menentukan sumber dana mana saja untuk mencukupi belanja negara tersebut. Sehingga, tidak mungkin apabila tidak ada dana untuk beasiswa bidikmisi. Kecuali kalau dana tersebut..........
Saran untuk pemerintah, sebaiknya diadakan evaluasi kembali mengenai beasiswa bidikmisi mulai dari tahap awal yaitu seleksi hingga pencairan. Jika terus menerus terlambat dalam pencairan seperti ini, akan berdampak pada mahasiswa yang terancam tidak lanjut kuliah karna sudah tidak ada biaya lagi. Kemudian, sebaiknya kuota bidikmisi dikurangi karena seperti yang saya lihat di kehidupan nyata banyak mahasiswa bidikmisi yang sebenarnya ia tidak berhak mendapatkannya. Apabila terus menerus terjadi hal semacam ini, yang akan terjadi adalah pemborosan anggaran. Selain itu, mulai dari awal seleksi persyaratan harus diperketat serta survey juga harus dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar mempunyai komitmen.
Terimakasih berkat beasiswa bidikmisi saya dapat melanjutkan pendidikan saya ke perguruan tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H