Mohon tunggu...
Putri Wulandari
Putri Wulandari Mohon Tunggu... Lainnya - English Tutor | Freelance Content Writer

Random Thought About Lifestyle, Movies, K-drama, Beauty, Health, Education and Social Phenomena | Best Student Nominee Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Demotivasi Sebagai Titik Terendah Suatu Usaha

23 Februari 2022   19:00 Diperbarui: 23 Februari 2022   19:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pekerja yang mengalami demotivasi (sumber: shutterstock)

Sebagai manusia, ada kalanya kita jenuh dan lelah akan segala tugas ataupun pekerjaan. Entah karena pandemi yang tak kunjung usai, atau karena pekerjaan yang monoton, pasti ada titik jenuh yang membuat kita tidak produktif. Hal ini biasa disebut dengan demotivasi.

Demotivasi adalah kebalikan dari motivasi, jika motivasi diartikan sebagai dorongan yang dimiliki seseorang untuk berbuat sesuatu, maka demotivasi adalah kondisi ketika seseorang tidak memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu yang mengakibatkannya menjadi tidak bersemangat dan cenderung seperti kehilangan arah.

Demotivasi ini sebenarnya hal yang lumrah dan dialami semua orang. Namun, apabila sudah sampai mengganggu produktifitas dan stuck di satu titik, itu tanda bahaya bagi kita.

Solusi Supaya Bangkit dari Demotivasi

Nah, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan supaya bisa bangkit dan produktif kembali. Berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi demotivasi.

  • Singkirkan segala kritik negatif mengenai diri

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyingkirkan segala kritik negatif tentang diri kita. Langkah yang bisa dilakukan pertama kali adalah memaafkan. Memaafkan apa yang telah kita lakukan sebelumnya, yang membuat diri kita menjadi kekurangan motivasi. Mencoba memaafkan dan menerima.

  • Kenali dan akui kondisi yang dirasakan

Langkah selanjutnya adalah mengenali dan mengakui kondisi yang dirasakan. Dengan mengenali dan mengetahui kondisi diri, kita lebih bisa menerima kondisi kita saat ini. Misalnya, saat kita jenuh dengan pekerjaan. Mulai sadari bahwa kondisi yang menjenuhkan ini sedang terjadi pada kita. Dengan mengenali kondisi diri, kita bisa berpikir lebih jernih dan lebih mudah memulai kembali.

  • Susun kembali beberapa rencana awal yang telah keluar jalur

Kemudian, menyusun kembali beberapa rencana awal yang telah keluar jalur. Saat pikiran sudah mulai jernih, kita dapat lebih mudah untuk menyusun rencana seperti semula. Apabila ada pekerjaan atau pun tugas yang sudah lebih dari deadline, bisa kita susun kembali dan dikerjakan. Ataupun misalnya target yang seharusnya sudah harus dicapai, kita mulai menyusun rencana kembali.

  • Meminimalisir berbagai kerumitan yang menghambat

Setelah menyusun rencana, penting bagi kita untuk fokus yang meminimalisir hambatan dari luar. Segala hal lain diluar kendali kita memang bisa saja menghambat, tetapi akan lebih baik apabila kita bisa menghindarinya.  Hambatan-hambatan ini bisa berbentuk apa saja. Mulai dengan mengurangi penggunaan ponsel untuk hal yang kurang penting atau yang biasanya membuat diri down. Prioritaskan diri kita sendiri terlebih dahulu.

  • Hargai diri sebagai seseorang yang selalu belajar

Setelah berbagai halangan dan kondisi, kita pasti belajar dan mengambil nilai-nilai penting. Banyak pengalaman dan pembelajaran yang bisa kita ambil. Oleh karena, penting bagi kita untuk menganggap diri kita sebagai orang yang selalu belajar. Memiliki kemampuan untuk terus belajar menjadi poin plus bagi kita yang mengalami demotivasi. Situasi yang telah kita alami pasti menjadikan diri kita menjadi lebih kuat.

  • Fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan

Pada akhirnya, kita harus tetap fokus ada apa yang kita kerjakan. Cobalah untuk terus mengingat target dan tujuan awal. Dengan berbagai hambatan, target dan tujuan awal kita akan semakin terasa berharga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun