Sekitar bulan Januari tahun 2017, saya berkesempatan bertemu dengan teman-teman siswa Sekolah Luar Biasa YKK Pacitan. Saya bersama teman-teman berkunjung dalam rangka kegiatan Bakti Sosial yang merupakan program kerja organisasi saya dulu. Kami juga menyalurkan bantuan berupa buku dan alat tulis untuk siswa disana.
Pagi itu, cuaca cerah sekali. Berbeda dengan beberapa hari kemarin, udara segar dan sinar matahari menemani kami bersiap di bumi perkemahan. Setelah semua bantuan tertata rapi, kami mulai mempersiapkan personil yang bertugas menyalurkan bantuan. Kami berjalan kaki menuju SLB YKK Pacitan yang memang letaknya masih satu kawasan dengan bumi perkemahan.
Fyi, Sekolah Luar Biasa Yayasan Keluarga Kependidikan (SLB YKK) Pacitan merupakan salah satu sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di Pacitan. Sekolah ini berlokasi di jalan Dr. Sam Ratulangi, Desa Sumberharjo, Kecamatan Pacitan. Fasilitas sekolah ini terbilang cukup lengkap. Ada pula lapangan yang cukup besar yang biasa dipakai untuk berkegiatan dan bermain. Bahkan ada ruangan untuk pengembangan bakat siswa, seperti ruang computer, band, hingga menjahit.
Sesampainya di sekolah tersebut, kami disambut oleh beberapa guru. Kami lalu mempersiapkan seremonial penyerahan bantuan berupa alat tulis dan buku latihan. Acara dimulai dengan membaca doa. Lalu acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan guru SLB YKK Pacitan.
Setelah berbincang sejenak, kami diarahkan untuk menuju salah satu ruang kelas yang ternyata merupakan tempat latihan musik. Ada beberapa jenis alat musik seperti keyboard, bass, angklung, hingga drum. Banyak ornamen musik yang ditempel di tembok kelas. Ruangan yang tidak seberapa luas tersebut dipenuhi siswa yang berniat memberikan persembahan lagu. Dengan dipimpin seorang guru, siswa mulai memainkan sebuah lagu tradisional. Sebagian besar siswa memainkan angklung, dan ada pula yang memainkan alat musik drum dan keyboard.
Pada saat itu, kami diliputi rasa haru hingga tanpa sadar meneteskan air mata. Kami tidak memberikan bantuan yang banyak dan mahal. Namun, kami diberikan persembahan lagu yang sangat apik. Saya masih mengingat, salah satu siswa yang sangat pandai bermain alat musik keyboard dan menyanyi dengan sangat indah. Ia juga salah satu siswa unggulan yang bahkan pernah bernyayi di depan Bapak SBY saat berkunjung di Pacitan.
Setelah menonton pertunjukan musik, kami lanjut berbincang-bincang dengan beberapa guru dan siswa. Acara diakhiri dengan berfoto bersama dan bersalaman dengan seluruh siswa dan guru yang masuk pada hari tersebut. Kami lalu kembali ke bumi perkemahan dengan hati yang lebih besar dan ringan.
Dalam perjalanan pulang, saya memikirkan satu hal. Mengapa banyak orang menyebut disabilitas sebagai manusia yang tidak sempurna?
Menurut Buku Panduan Penanganan ABK Khusus Bagi Pendamping yang dikeluarkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Karena hal ini, ABK membutuhkan pendampingan khusus oleh orang disekitarnya. Sayangnya, banyak masyarakat yang masih memberikan pandangan rendah terhadap ABK.
Mungkin secara fisik mereka tidak seperti manusia yang lengkap. Tetapi mereka mampu berinteraksi sebagaimana manusia biasanya. Bahkan saya melihat bahwa Bahasa isyarat merupakan Bahasa yang indah. Mereka juga berbakat seperti manusia lain. Dalam bidang musik misalnya, sekelompok siswa yang memberikan pertunjukan musik pada hari itu bahkan berkali-kali lipat lebih berbakat daripada saya yang buta nada.