Mohon tunggu...
PUZAN BUARDI
PUZAN BUARDI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN SGD BANDUNG

PROLETARIAT

Selanjutnya

Tutup

Politik

Analisis Sosiologis Politik Tan Malaka dan Kritik Terhadap Implementasi Trias Politica di Indonesia

15 Desember 2024   03:42 Diperbarui: 15 Desember 2024   03:42 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

ABSTRAK

Studi ini membahas tentang Pemikiran Politik Tan Malaka Terkait Kemerdekaan dan Konsep Negara Indonesia. Pemikiran Tan Malaka muncul melalui berbagai karyanya yang mencerminkan karakter dan perspektif hidupnya, serta ideologinya. Keunikan dalam pemikiran Tan Malaka terlihat dalam karyanya. Fokus utama dari pemikiran dan perjuangan Tan Malaka adalah untuk membebaskan bangsanya dan merombak keseluruhan struktur ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Penelitian ini termasuk dalam kategori studi pustaka. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, yang berarti penulis mengumpulkan buku, dokumen, artikel, naskah, dan sejenisnya. Pendekatan yang digunakan adalah studi tekstual, studi konteks, dan studi sejarah. Analisis data dilakukan melalui heuristik, kritik, interpretasi, dan penyajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tan Malaka berperan penting dalam politik perjuangan negara Indonesia. Terdapat banyak karya yang dihasilkan oleh Tan Malaka, salah satunya adalah Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika yang dianggap sebagai salah satu karya terbaik dan paling berpengaruh. Dasar pemikiran Madilog adalah kondisi mental masyarakat Indonesia yang umumnya telah terbiasa dengan sistem perbudakan. Setelah lebih dari 3,5 abad berada di bawah kolonialisme, Indonesia secara perlahan kehilangan mental kemerdekaannya, di samping dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran mistis dan tidak rasional.

Kata kunci: Politik, Trias Politica, Komunisme, Imperialis, Sosialisme, Kapitalisme.

ABSTRACT

This study discusses Tan Malaka's political thoughts regarding independence and the concept of the Indonesian state. Tan Malaka's thoughts emerge through his various works which reflect his character and perspective on life, as well as his ideology. The uniqueness of Tan Malaka's thinking can be seen in his work. The main focus of Tan Malaka's thoughts and struggle was to liberate his nation and overhaul the entire economic, political, social and cultural structure. This research is included in the literature study category. The data collection technique used in this research is library research, which means the author collects books, documents, articles, manuscripts, and the like. The approaches used are textual studies, context studies, and historical studies. Data analysis is carried out through heuristics, criticism, interpretation and presentation. The research results show that Tan Malaka played an important role in the political struggle of the Indonesian state. There are many works produced by Tan Malaka, one of which is Madilog: Materialism, Dialectics and Logic which is considered one of the best and most influential works. The basis of Madilog's thinking is the mental condition of Indonesian people who are generally accustomed to the slavery system. After more than 3.5 centuries under colonialism, Indonesia is slowly losing its independent mentality, as well as being influenced by mystical and irrational thoughts.

Key words: Politics, Trias Politica, Communism, Imperialism, Socialism, Capitalism.

 

PENDAHULUAN

Sudah beratus-ratus tahun, Indonesia telah menjadi sasaran penjajahan dan eksploitasi oleh pihak asing. Sejak masa Portugis hingga Jepang, telah dilakukan banyak aksi perlawanan untuk menyingkirkan penjajahan dan terbebas dari kolonialisme. Perjuangan tersebut meliputi berbagai bentuk perlawanan, seperti perjuangan fisik, budaya, politik, dan juga pemikiran yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Perlawanan ini akhirnya membawa Indonesia menuju kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 (Dedi, 2018). Kebebasan yang dinikmati oleh bangsa Indonesia saat ini tidak bisa dipisahkan dari usaha dan pengorbanan berbagai pahlawan yang memberikan ide-ide maupun pemikiran politik mereka, serta partisipasi rakyat yang bersama-sama berjuang untuk menyatukan bangsa. Hal ini memungkinkan kita untuk merasakan kemerdekaan seperti yang ada sekarang (Ponirin & Silaban, n.d.). Seperti dinyatakan oleh (Aslamah, 2011), meskipun banyak pahlawan yang berjuang, tidak sedikit nama pahlawan yang terlupakan. Ini bukan karena disengaja dilupakan, tetapi memang ada yang dihapus dari ingatan pada masa itu karena status mereka sebagai pahlawan nasional masih dipertanyakan.

Salah satu tokoh pahlawan yang masih menjadi bahan diskusi dan penelitian oleh para sejarawan adalah Tan Malaka, yang dikenal sebagai pahlawan yang kontroversial. Tan Malaka adalah seorang pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Keberadaannya seringkali diselimuti misteri, karena dia sering melakukan penyamaran yang membuat orang bertanya tentang perannya dalam Pergerakan Nasional dan dalam ranah politik (PRATAMA, 2019). Tan Malaka juga memiliki peran signifikan dalam merumuskan ide-ide kemerdekaan Indonesia. Namun, kehadirannya dalam sejarah perjuangan kemerdekaan masih menjadi perdebatan. Di satu sisi, Tan Malaka dianggap sebagai pahlawan sejati, tetapi di sisi lain dihargai sebagai seorang Komunis (PKI) yang ingin mendirikan negara Komunis di Indonesia. Pemikiran Tan Malaka mencakup beberapa aspek, seperti Filsafat Politik, Filsafat Manusia, dan Filsafat Sejarah. Khususnya, ide-ide Tan Malaka menganalisis konsep negara dan sistem ekonomi yang ideal bagi Indonesia. Padahal, pemikirannya tentang negara yang berdaulat dalam ranah politik dan ekonomi merupakan salah satu usaha Tan Malaka untuk membangun Indonesia (Permata, 2011). Tan Malaka memiliki perspektif unik tentang bentuk negara dan sistem ekonomi yang adil, yang berbeda dengan pandangan tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya seperti Soekarno, Moh. Hatta, dan Sutan Sjahrir. Perbedaan pandangan ini membuat Tan Malaka tampak bertentangan dengan kebijakan pemerintah di awal kemerdekaan. Dalam analisisnya tentang perkembangan masyarakat Indonesia, Tan Malaka membagi evolusi masyarakat menjadi tiga fase. Fase pertama adalah fase Indonesia asli. Fase kedua adalah fase Hindu-Belanda, yang dianggap sebagai masa kegelapan, dan fase ketiga adalah fase Indonesia Merdeka serta Sosialis (Alamudi, 2023).

Tan Malaka memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di hadapan polisi Inggris, Murphy, di Hongkong pada tahun 1932, Tan Malaka menulis dalam bukunya yang berjudul Dari Penjara ke Penjara: Ingatlah bahwa suara saya dari alam kubur akan lebih menggemakan daripada di bumi ini. Pernyataan tersebut seolah memberikan gambaran yang kuat. Setelah runtuhnya Orde Baru, kita menemukan banyak karya Tan Malaka. Ada banyak buku yang dianggap kontroversial dan dilarang. Salah satu karya terkenalnya adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika), Aksi Massa, Naar de Republik (Menuju Republik Indonesia), serta tulisan lainnya yang mencerminkan semangat muda dan kemerdekaan secara penuh (Adi Setiawan, 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun