Guru, ya, Â sosok yang dikatakan patut ditiru dan digugu karena menjadi garda terdepan dalam pembentukan karakter siswa. Seperti peribahasa guru kencing berdiri , murid kencing berlari yang artinya adalah setiap tindakan dan perilaku guru baik di sekolah maupun di luar sekolah akan senantiasa ditiru dan "digugu" Â oleh siswanya sendiri .Â
Fenomenanya seperti ini ketika guru menasehati siswa untuk tidak merokok di sekolah, namun guru tersebut merokok di sekolah , maka otomatis siswa akan menuruti apa yang dilakukan oleh guru dan logikanya apapun nasehat guru berikutnya akan dianggap oleh angin lalu oleh siswa karena mereka beranggapan jika guru boleh  melalukan hal seperti itu maka kenapa saya tidak boleh ?. Anggapan itulah yang membuat proses pendidikan karakter kita menjadi terhambat. Guru sesungguhnya tidak hanya berbekal pengetahuan yang mumpuni namun juga karakter yang baik dan mampu dicontoh dengan baik oleh siswanya.Â
Kita ke konteks penanganan covid-19. Jujur saja masalah protokol kesehatan merupakan masalah yang sangat genting dalam upaya pemerintah dalam mencegah penularan. Berbagai himbauan dan edukasi sudah diberikan, Bahkan sanksi pun sudah dijalankan juga namun kenyataanya masih banyak  masyarakat sering abai dan tidak memerhatikan protokol kesehatan. Kerumunan-kerumunan yang tak terkendali dan banyaknya kegiatan yang mengabaikan protokol kesehatan menjadi faktor utama masifnya penyebaran covid-19 di tanah air. Salahkah mereka? bisakah kita menyalahkan masyarakat  sepenuhnya berkaitan dengan ketidakpatuhan dalam protokol kesehatan ?Â
Sistem kita bernegara sama seperti sistem dalam pendidikan sekolah. Pemerintah adalah guru, rakyat adalah siswa. Pemerintah berperan bukan hanya mengambil kebijakan-kebijakan untuk meyejahterakan masyarakat dan memberikan edukasi, tetapi juga menjadi role of model dalam rangka membentuk karakter dalam masyarakat tersebut. Â
Maka dari itulah pemerintah disebut dalam ajaran Hindu sebagai guru wisesa yang masuk dalam catur guru. Nyiksik bulu tanbina cara bebek di punduke itulah yang harus dilakukan pemerintah yang artinya mulat sarira introspeksi diri.  Seorang guru ketika melihat siswa tidak menerapkan disiplin  seharusnya tidak hanya memarahi dan memberi sanksi atau nasehat namun juga introspeksi diri kira-kira apa yang salah dari diri saya sehingga mampu melakukan hal yang lebih baik dan mengubah diri agar menjadi teladan. Â
Begitu juga dengan pemerintah. Kebijakan dan berbagi himbauan dengan sanksi tegas sudah dilakukan. Personel dan aparat diterjunkan dan sudah banyak menjaring masyarakat yang tidak patuh protokol kesehatan. Namun rasa jera dan kesadaran masyarakat akan protokol masih saja kurang. Kerumunan-kerumuman baik skala kecil maupun yang cukup besar masih terjadi. Pertugas dan aparat tentu kewalahan dan mungkin sudah capek dengan pekerjaan seperti ini. Â
Belum lagi megendalikan mobilitas masyarakat yang pastinya sesulit mencari jarum di tumpukan jerami. Kita balik ke sekolah, Â mendisiplinkan siswa itu tidak mudah. Bisa ditanyakan guru-guru di sekolah bagaimana susahnya mengatur, membina, dan mendisiplinksn siswa dalam suatu sekolah. Begitu juga pemerintah menekan mobilisasi masyarakat selama pandemi itu susahnya minta ampun karena yang virus corona ini menyebar lewat manusia sehingga kesulitan mengendalikan masayarakat sama artinya dengan susahnya mengendalikan virus ini.Â
Sederhana saja pemerintah yang merupakan bagian dari manusia dan masyarakat yang juga bisa termobilisasi atau melakukan pergerakan. Buktinya banyak pejabat negara bahkan ketua satgas penanganan pun positif covid-19 dikarenan mengatur dan menekan pergerakan masyarakat butuh pergerakan juga terlebih lagi banyak bencana alam baru-baru ini yang membutuhkan banyak pergerakan penanganan.Â
Celakanya kita beranjak ke topiknya bagian  pemerintahan dan tokoh-tokoh terkadang menunjukkan ketidakpatuhanya, kita mencontohkan kerumunan masalah Habib Rizieq dan juga kerumunan Raffi Ahmad dan pejabat lainya,  serta kontroversi kerumunan pejabat di berbagai daerah hingga yang terbaru video ulang tahun Ketua Umum PDIP Megawati  yang dihadiri oleh pejabat di Bali yang saat ini diperdebatkan apakah melanggar protokol atau tidak.Â
Numpang berita kita tidak berbicara politik di sini apapun warna dan latar politik mereka kita menganggap mereka sebagai guru. Toh di sekolah guru memegang mata pelajaran yang berbeda begitupun dengan pejabat dan tokoh juga meiliki latar poltik yang berbeda pula. Namun tetap fungsi dasar mereka adalah menjadi  guru dalam hal suri tauladan, contoh, dan panutan yang harusnya digugu dan ditiru oleh masyarakat.Â