"Gerit " itulah istilah yang sering terdengar jika anda bertanya kepada orang Bali saat ini. Tak dipungkiri Bali merupakan salah satu pusat destinasi pariwisata yang paling banyak dikunjugi oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara.Â
Pendapatan provinsi pun hampir sebagian besar diperoleh dari pariwisata. Tempat-tempat wisata seperti Kuta, Nusa Dua, Ubud, Kintamani, dan tempat wisata lainya selalu ramai seakan tidak pernah sepi.Â
Siapa menyangka tahun 2020 merupakan tahun yang akan menjadi sejarah kelam pariwisata Bali. Wabah covid-19 yang menghantam Indonesia bulan maret telah mengubah seluruh wajah pariwisata Bali.
Kuta yang dulunya gegap gempita di malan hari mendadak seperti kota mati. Gelap, kosong, sunyi, dan sepi. Begitu juga Ubud dan tempat wisata lain. Kebijakan pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara membuat Bali seakan "mati suri".Â
Karyawan hotel, pelaku pariwisata hingga petugas destinasi harus menerima kenyataan dirumahkan bahkan di-PHK. UMKM yang mengandalkan sektor ini pun harus menerima kenyataan pahit.Â
Masyarakat Bali saat ini sungguh merasa resah dan gelisah. Belum redanya penyebaran covid-19 membuat mereka hanya bisa berharap dan berdoa serta mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan sembari menunggu adanya secercah bantuan dari pihak manapun.
Wisatawan lokal pun sempat menjadi harapan, namun ketadangan mereka ke Bali tidaklah cukup. Hal ini karena wisatawan lokal biasanya hanya ramai saat musim liburan dan jika sudah bekerja maka Bali akan sepi kembali.Â
Belum lagi terakhir ini pembatasan waktu liburan hingga wajib PCR jika ke Bali seakan "memberangus" harapan masyarakat Bali akan bangkitnya pariwisata yang tertidur selama hampir setahun. Memang tidak dipungkiri sebagian besar masyarakat Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Memang pemerintah selalu membuat motivasi agar Bali tidak selalu bergantung pada sektor tersier ini. Masih banyak sektor yang menjadi alternatif seperti pertanian misalnya toh Bali saat ini pertaniannya bagus.Â
Tetapi oh tetapi jika sektor pariwisata saja tertidur bagaimana dengan pertanian? Hasil-hasil pertanian pastinya akan mengalir juga ke sektor pariwisata dengan artian jika pariwisata seperti ini maka petani akan kesulitan mengirim hasil pertanian ke tempat-tempat makan atau lainya.Â
Tentu saja petani akan sedikit menjerit juga dimana biasanya jika normal mendapat hasil lebih namun saat ini cukup kesulitan. Belum lagi sawah-sawah di Bali yang beralih fungsi menjadi gedung-gedung yang tinggi dan perumahan.Â