Pertama-tama saya ingin menulis ini berdasarkan apa yang saya alami sebagai seorang pendidik. Sudah empat bulan lebih program pembelajaran jarak jauh diadakan.Â
Masa pandemi yang luar biasa ini memaksa dunia pendidikan pada umumnya dan sekolah khususnya terpaksa harus belajar secara daring atau online atau biasa disebut PJJ (pembelajaran jarak jauh).Â
Awalnya saya tidak menemukan kendala berarti dan terkesan lancar, orang tua dan siswa pun tidak keberatan dengan sistem ini dan tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Namun, seiring berjalanya waktu kendala demi kendala pun mulai saya rasakan. Orang tua siswa pun banyak yang mengeluhkan permasalahan-permasalahan belajar daring kepada saya. Apalagi posisi saya sebagai seorang wali kelas yang secara langsung menerima keluhan-keluhan dari orang tua siswa.Â
Ada orang tua siswa yang mengeluh anaknya di rumah sering abai dan sibuk bermain game sehingga orang tua kerepotan dalam membimbing anaknya , ada  anaknya yang sibuk bermain layangan sehingga orang tua harus ekstra memerhatikan anak ditengah kesibukan saya, ada juga orang tua yang kerepotan mengajari anaknya karena tidak paham dengan materi walau sudah diberi tutorial dan tatap muka virtual zoom dengan gurunya.Â
Lalu apa solusi saya ? saya tidak berdaya. Saya paham betul bahwa jika pembelajaran jarak jauh orang tua tentunya mengambil peran 80 persen dalam kegiatan pembelajaran karena secara langsung mendampingi anaknya belajar, celakanya tidak semua orang tua stay di rumah walaupun saat ini pekerja atau karyawan masih dirumahkan.Â
Banyak juga orang tua yang sudah mulai bekerja apapun untuk menyambung hidup, apalagi memasuki fase new normal. Hal ini membuat pendampingan orang tua tentu sangat terbatas terlebih mereka dibagi antara urusan pendampingan anak dan tempat kerjanya yang banyak pekerjaan dan terget.Â
Celakanya juga tidak semua anak mampu melakukan pembelajaran daring secara mandiri. Yang sudah mampu tentu saja tidak ada kendala, diberi tugas pun tentu bisa mengerjakanya dengan baik.
Namun, bagaimana dengan anak yang kurang secara akademis atau perlu pendampingan lebih saat pembelajaran ?. Tentu saja mereka seperti belajar tanpa arah, mereka akan bingung dan "asal mengumpulkan tugas" untuk  menyelasikan pembelajaran.
Saya melihat di sini pembelajaran jarak jauh seakan hanya untuk menjalankan kegiatan berlajar , namun jika kita teliti masuk ke dalam apakah anak-anak sudah melaksanakan pembelajaran dengan maksimal sesuai kompetensinya ?. Kalau yang sudah mampu dan cakap okelah namun jika siswa masih kurang dalam akademik dan butuh pendampingan lebih bagaimana ?.Â
Terlebih lagi jika orang tua mereka bekerja tentu saja mereka akan bermaian hal yang menurut mereka menyenangkan seperti game dan layangan. Guru-guru pun kebingungan, sebanyak apapun aplikasi yang digunakan sampai pelatihan sana- sini tetap saja ada siswa yang telat presesnsi, Â kurang paham materi, mengumpul tugas tidak tepat waktu, sampai tidak ikut pelajaran berhari-hari tanpa keterangan.