Mohon tunggu...
Putut Wiroreksono
Putut Wiroreksono Mohon Tunggu... -

I Believe With the change

Selanjutnya

Tutup

Politik

Buta Aksara Pekerjaan Rumah Kita

7 Juni 2012   16:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:17 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendidikan itu penting, pendidikan itu sangat berguna , pengetahuan sangatlah bermanfaat untuk kita , membaca dan menulis itu sangat penting untuk kita.

Banten yang kuat akan budaya dan kaya akan alam nya masih belum bisa tereksplorisasi oleh pemerintah dan masyarakat nya sebenarnya banyak sekali alam-alam yang seharusnya bisa dijadikan sumber kehidupan bagi masyarakat sekalipun.

Pada tanggal 4 juni 2012 saya langsung menuju kantor DPRD provinsi banten untuk mewawancarai salah satu anggota DPRD Banten yaitu Saudara Elis Susilawati selaku anggota Komisi 1 DPRD Provinsi Banten mengupas tuntas pembicaraan tentang buta aksara yang terjadi di Banten ini.

Berbicara tentang itu yang sangat disayangkan masih saja tingkat Buta Aksara di banten ini tinggi kurangnya perhatian yang dilakukan pemerintah atau belum maksimalnya pemerintah dalam memperhatikan masyarakat di Banten ini.

Buta aksara yang terjadi di Banten ini memang sudah mulai menurun hal tersebut dibuktikan pada tahun 2006 berjumlah 243.295 orang , akan tetapi sejak tahun 2007-2011 telah mencapai 213.059 atau sekitar 89.5% dan sisa nya adalah sekitar 10.5% tapi semua itu hanya dilihat dari usia produktif. Namun hal lain yang terjadi pada tingkat Buta Aksara yang tinggi di Banten ini terjadi karena tingkat usia yang mempengaruhi yaitu diatas 30thn memang itu bukan usia yang sangat produktif untuk pendidikan.

Tingkat buta aksara yang terjadi bukan hanya saja dilihat dari banyaknya usia-usia yang tidak lagi produktif untuk menuntut ilmu tetapi masalah dana APBD Banten untuk pendidikan belum mencapai 20% yang sudah ditetapkan pada undang-undang nyata nya hanya 8% dana APBD yang ada untuk pendidikan di Banten.

Budaya yang kuat bisa juga mempengaruhi pendidikan yang terhambat dan banyak daerah-daerah yang tertinggal di Banten ini , daerah yang sangat rentan Buta Aksara di Banten yaitu Lebak dan pandeglang jika dibandingkan kota tangerang , Cilegon dan Serang.

Masalah ini mungkin tak begitu berat bagi pemerintah agar masyarakatnya mengerti dan paham apa itu pendidikan yang sangat wajib didapatkan. Banyak langkah-langkah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah jika dana APBD itu sudah 20% hanya untuk pendidikan. Dana yang seharusnya ada untuk pendidikan masih saja kurang sampai sekarang ini baru 8% kemana 12% lagi? Hilang? Apakah ditelan? Oleh siapa? Ya kita tak tahu kemana sisa uang APBD untuk pendidikan itu hilang, bahwasanya semua itu memang sudah ada dalam undang-undang harus 20%.

Peran penting atas semua ini ya mungkin memang yaitu seorang pemimpin apakah pemimpin dibanten ini benar-benar memperhatikan Buta Aksara di banten yg masih sangat besar tingkatnya , mungkin memang kita harus membantu saudara-saudara kita Tuna Aksara mewajibkan bahwa pendidikan itu sangatlah penting didapatakan tapi apalah daya jika kita orang biasa tak punya dana apapun contoh kecilnya membuat sekolah kecil diperkampungan yg terpencil semaksimal mungkin akan kita lakukan tapi bagaimana jika dana tidak ada memang kita tak pungkiri lagi pemerintah yang sangat lah berperan penting dalam mengatasai tingkat Buta Aksara ini dinas pendidikan yang mempunyai program-program bermanfaat untuk masyarakat semua itu adalah pemimpin yang berhak mengatasi nya , sangat memprihatinkan memang semua ini yang terjadi di Banten ini sudah cukup lama menjadi provinsi tetapi masih saja belum cukup besar perubahan-perubahan yang terjadi.

Pendidikan itu penting dan penting juga untuk pemimpin kita mengatasi hal yang seharusnya bisa teratasi dan sangat disayangkan bila masih saja banyak masyarakat Tuna Aksara di BANTEN kita tercinta ini.

PututWiroreksono/4-J/ilkom/fisipuntirta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun