Mohon tunggu...
Putut Said Permana
Putut Said Permana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

education enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Stunting Pada Pendidikan Tinggi

2 Agustus 2024   14:55 Diperbarui: 21 Agustus 2024   18:44 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dampak Lebih Luas: Selain dampak pada prestasi akademik, mahasiswa terdampak stunting juga dapat memengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan bangsa. Mahasiswa diharapkan menjadi tulang punggung pembangunan bangsa ke depan. Jika pada kenyataannya banyak dari mahasiswa terdampak stunting itu tidak teratasi, maka harapan Indonesia Emas 2045 pun menjadi terancam untuk terwujud.

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, pengelolaan pembelajaran harus diarahkan pada metode yang memfasilitasi proses berpikir mendalam dan analitis. Salah satu metode yang efektif adalah pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Metode ini menantang mahasiswa untuk memecahkan masalah nyata yang relevan dengan materi yang dipelajari. Dalam proses ini, mahasiswa didorong untuk mencari informasi, menganalisis data, dan mengembangkan solusi, yang semuanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka. Selain itu, diskusi kelompok juga sangat efektif. Dengan berdiskusi, mahasiswa dapat berbagi perspektif, mengkritisi argumen satu sama lain, dan bersama-sama mencari solusi. Diskusi yang terstruktur dan dipandu oleh dosen dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan argumentasi dan analisis yang lebih baik.

Proyek kolaboratif adalah metode lain yang dapat digunakan. Melalui proyek ini, mahasiswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Mereka harus membagi tugas, melakukan riset, dan mengintegrasikan berbagai temuan menjadi sebuah hasil yang koheren. Proses ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berpikir kritis tetapi juga keterampilan kerja sama dan komunikasi. Penggunaan teknologi pendidikan juga dapat memberikan manfaat besar. Platform e-learning, simulasi, dan alat digital lainnya memungkinkan mahasiswa untuk belajar secara mandiri dan mendalam. Teknologi ini dapat menyediakan berbagai sumber belajar, dari video pembelajaran hingga makalah penelitian, yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, membantu mahasiswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi.

Pada tingkat yang lebih lanjut, perguruan tinggi perlu mengembangkan strategi yang komprehensif dan terfokus. Dukungan psikologis adalah elemen penting dalam strategi ini. Layanan konseling harus diperkuat untuk membantu mahasiswa menghadapi stres dan tekanan akademik. Konselor harus dilatih untuk memahami dan menangani masalah yang berkaitan dengan dampak stunting pada kesehatan mental mahasiswa. Ketersediaan konselor yang kompeten dan fasilitas konseling yang memadai akan membantu mahasiswa mengelola tekanan psikologis dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Selain dukungan psikologis, kurikulum adaptif juga sangat penting. Mengembangkan kurikulum yang fleksibel dan adaptif yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa terdampak stunting akan memungkinkan mereka belajar sesuai dengan kemampuan mereka. Metode pengajaran seperti blended learning dan flipped classroom dapat membantu mahasiswa belajar dengan lebih efektif, memungkinkan mereka mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, serta memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses belajar.

Pelatihan dan pengembangan dosen juga merupakan langkah krusial. Dosen perlu diberikan pelatihan khusus untuk mengidentifikasi dan mendukung mahasiswa terdampak stunting. Pelatihan ini harus mencakup teknik pengajaran yang inklusif dan strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang suportif. Dosen yang terlatih akan lebih siap dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi mahasiswa dan dapat memberikan dukungan yang lebih efektif.

Selain itu, pengembangan keterampilan hidup adalah elemen penting lainnya. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan seminar atau pelatihan yang dapat membekali mahasiswa dengan keterampilan hidup seperti manajemen stres, keterampilan komunikasi, dan teknik belajar efektif akan membantu mereka mengatasi tantangan akademik dan kesehatan dengan lebih baik. Keterampilan hidup ini tidak hanya penting untuk keberhasilan akademik tetapi juga untuk kesejahteraan keseluruhan mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki keterampilan hidup yang baik akan lebih mampu mengelola tekanan, berkomunikasi dengan baik, dan belajar dengan lebih efektif.

Dosen memegang peran kunci dalam mengatasi dampak stunting pada mahasiswa dan perguruan tinggi. Melalui pengajaran yang adaptif, dukungan akademik tambahan, dan perhatian individual, dosen dapat membantu mahasiswa terdampak stunting mencapai potensi penuh mereka. Namun, ini memerlukan komitmen dan dukungan dari seluruh institusi pendidikan tinggi, serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan suportif.

Pada akhirnya, tanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat terkait bahaya stunting tidak bisa hanya kita serahkan kepada pemerintah saja. Sebagai masyarakat yang nantinya akan terdampak oleh kualitas sumber daya manusia produk pendidikan tinggi, kita sebaiknya juga ikut andil secara langsung dalam penanganan stunting. Seminimalnya, kita bersedia untuk peduli terlebih dahulu terhadap fakta stunting itu nyata, berbahaya, namun dapat dicegah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun