Mohon tunggu...
Putu Suasta
Putu Suasta Mohon Tunggu... Wiraswasta - Alumnus UGM dan Cornell University

Alumnus UGM dan Cornell University

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

PKB 2019: Saatnya "Di-set up" Menjadi Destinasi Seni Internasional

15 Juni 2019   00:12 Diperbarui: 15 Juni 2019   00:39 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PKB adalah pertunjukan besar dengan konten adiluhung hasil dari cipta karsa karya seniman-seniman Bali. Selain PKB untuk masyarakat Bali khususnya, nampaknya event besar ini sudah dapat dimulai untuk menjadi unggulan utama bagi Bali untuk dikabarkan ke luar negeri. Konten PKB yang memperlihatkan puncak-puncak pencapapain seni tradisional Bali  sungguh-sungguh layak dan pantas dipertarungkan dengan seni-seni dunia luar.

Dalam pengamatan saya selama ini, belum terlalu kelihatan bahwa masyarakat dunia datang dan selain mencari hiburan dalam PKB, mereka juga dapat secara mendalam memahami dan mengapresiasi kesenian-kesenian tradisional Bali yang sarat dengan nilai estetik adiluhung itu. belum saya lihat puluhan bis yang mengangkut tamu-tamu asing untuk datang ke PKB ini. Saya tak tahu mengapa hal ini tak terjadi padahal konten PKB sangat pantas menjadi 'destinasi seni internasional'.

Inilah yang saya maksud sebagai 'pelebaran' dalam esai ini, pelebaran dalam menjangkau lebih banyak apresian potensial karena jika hal ini dilakukan maka Bali akan dapat mengandalkan satu lagi destinasi primadona dalam mendatangkan turis asing ke Bali. Jamak diketahui bahwa seni budaya menjadi salah satu penarik yang potensial dalam ranah turisme. Sebagai contoh, China sejak satu dekade belakangan ini mencoba membangun 'raksasa seni rupa' melalui berbagai kegiatan seni rupa, di antaranya yang paling menjadi 'jualan' adalah event-event biennale seni rupa. Dan nampaknya usaha itu berhasil karena kini China sangat diperhitungkan dalam khasanah seni rupa dunia, setidaknya di tingkat Asia.

Dalam hal 'menjual' destinasi seni, Australia juga tak mau kalah. Selain mengandalkan panorama alamnya yang fenomenal, Negeri Kanguru itu juga kini dapat mengedepankan Sydney Biennale yang telah mendapat tempat di kalangan seniman dunia. Merena mengelola Sydney Biennale dengan sangat canggih menyangkut managemen, persiapan yang matang, pilihan tema-tema biennale yang aktual disesuaikan dengan isu-isu global, penerbitan berkala yang dikirim ke email-email media, instansi budaya dan seniman di seluruh dunia.

Maka, masalah klasik kita di Bali sesungguhnya adalah persoalan managemen. Sementara kita begitu kaya dengan budaya dan seni serta proses penciptaan yang kreatif, namun pengelolaan secara profesional masih belum optimal sejauh ini. Seakan-akan PKB adalah urusan kegiatan rutin setiap tahun dengan menyediakan sejumlah dana; seakan-akan PKB adalah harus ada karena telah menjadi bagian yang telah ditetapkan oleh Pemprov Bali. Padahal yang saya tahu, selalu ada rtindakan evaluatif pasca PKB diselenggarakan. Saya tidak tahu apakah kesungguhan untuk melebarkan apresiasn, melebarkan kinerja dengan melibatkan lebih banyak tenaga-tenaga ahli/managemen menjadi bagian pembicaraan utama.

Atas nama globalisme, dunia menjadi 'mengecil' dan kita masih saja berkutat pada stagnasi rutinitas. Pada hemat saya, PKB adalah 'mutiara Bali' yang sepertinya tak sanggup kita buka cahayanya ke dunia padahal ia adalah 'mutiara'. Seandainya segala hal yang menjadi potensi besar kita dapat dikemas dengan baik. Ingatlah, semua dalam dinamika budaya kontemporer saat ini adalah 'dunia kemasan dan profesionalisme'. Dua hal itu sedikitnya telah menjadi keniscayaan dalam pergulatan strategi kebudayaan global. Jika kita bisa memainkan ini, dunia tidak lagi hanya menganggap Bali sekadar pantai, panorama sawah dan kecak, tetapi sebuah destinasi kebudayaan yang menjanikan hiburan dan studi budaya. (PS/25052019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun