Tidak ada kata selain "cantik" yang dapat mengekspresikan keindahan Desa Pemuteran. Sejak tanggal 22 Oktober 2023 lalu, aku bersama rekan-rekan kampus melaksanakan kegiatan KKN di desa ini. Â Awalnya aku ragu, apakah aku bisa berbaur dengan masyarakat disini? apakah aku bisa mengabdi kepada mereka dan meninggalkan kesan baik di hati mereka? atau, apakah aku bisa bertahan disini dengan zona nyaman yang aku tinggalkan?
Sebuah kenyataan yang harus dialami oleh para mahasiswa, dimana mereka secara akademis harus mengikuti mata kuliah KKN ini untuk implementasi ilmu yang telah diberikan semasa perkuliahan. Saat itu, kami tiba di Desa Pemuteran dengan panas membara di siang bolong, sunscreen yang kupakai juga tidak memiliki efek yang melindungi kulitku. Aku merasa... aku tidak akan bertahan disini dengan suhunya yang panas.Â
Namun, bapak kepala dusun yang baik hati dan bijak selalu menyemangati kami dan awalnya kami bingung mencari posko untuk kami tempati, hingga akhirnya beliau berbaik hati mengajak kami untuk tinggal di salah satu rumah peninggalan adiknya. Mataku terpaku pada suasana desa yang...benar-benar seperti desa di buku paket SD di tahun 2000an. Berbeda dengan desa lain yang sudah mulai terkontaminasi dengan sektor industri atau pariwisata modern yang menyebabkan nuansa pedesaan yang sesungguhnya mulai memudar. Tapi, Desa Pemuteran jauh berbeda!
Posko kami terletak dekat sekali dengan bukit. Disini kami senang melihat pemandangan indah dengan disambut masyarakat yang ramah. Awal-awal aku sulit tidur karena perlu adaptasi, namun setelah 2 hari tidurku mulai nyenyak dan harus melakukan observasi untuk melihat wilayah di Pemuteran ini.Â
Daerah favoritku sangat banyak disini, pemandangannya tidak kalah dengan wisata di daerah Bali lainnya. Aku mengunjungi Pura Batu Kursi yang berada di atas bukit, memerlukan waktu yang cukup jauh untuk bisa sampai ke atas. Di pertengahan jalan aku merasa harus menyerah karena nafasku sudah tersenggal-senggal. Namun rekanku selalu menguatkan untuk tetap naik, dan setelah itu kami berhasil sampai di puncak dan beribadah disana.Â
Spot menarik lainnya aku dapatkan di Bukit Ser Pemuteran, view laut dan bukit yang menyatu, membuatnya tak kalah dari Raja Ampat! Aku bermimpi bisa melakukan pre-wedding di masa depan bersama jodohku nanti, haha. Untik naik ke bukit ini, tidak se sulit Pura Batu Kursi, namun sama saja kami harus lelah di perjalanan, dan terbayar ketika telah sampai puncak.Â
Masih banyak hal yang membuatku jatuh cinta dengan desa ini, masyarakatnya yang hangat membuatku terpukau. Terlebih lagi desa ini termasuk desa yang heterogen karena didiami oleh masyarakat yang tidak hanya didominasi oleh masyarakat Hindu, namun terdapat pula agama dan suku lainnya yang hidup berdampingan.
Jujur saja, aku tidak ingin meninggalkan desa ini. Andai KKN ini dilakukan selama setahun, akan dengan senang hati ku lakukan pengabdian disini. Sayangnya, proses KKN hanya dilamukan selama 1 bulan..
Hei Pemuteran, aku bangga pernah menjadi bagian darimu dan semoga kontribusi kecilku disini semoga membuatmu bangga pula karena telah mengizinkan kami untuk mengabdi kepadamu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H