Mohon tunggu...
didik Barakuda
didik Barakuda Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan apati namanya melakukan tidakan yang dibebankan pada tanggungjawab orang lain, itu cerdas dalam bentuk lain Sign Qua Non condisio

Aquarius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengingat Tradisi Peringatan Haul

1 Agustus 2022   16:08 Diperbarui: 1 Agustus 2022   16:16 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ddg ddg   Peringatan Haul , sebagai pengingat sejarah tentang Kebesaran seorang tokoh besar di suatu daerah.

Setiap Awal Muharram menjadi pengingat suatu peringatan acara lahirnya atau awal jejak perjuangannya .awal Perjalanan sejarah menjadi tonggak awal berdirinya suatu peradaban.

Orang Jawa paling kental dengan peringatan sejarah bagi leluhurnya . Mereka menghormati leluhur dengan berdo"a , mempersiapkan sesaji dan memberi sedekah dengan yang masih hidup , dengan pola pola , nYadran , Wiwit , nelubg ndino , Pitung ndino , nyatus , dan nyewu.

Tak hanya budaya itu saja menghomati awal dan akhir tahun pun mereka mempersembahkan sesaji , sembayang dan mendoakan arwah leluhur yang Sudan sumare mendahului kehidupan nenek moyang mereka.

Sesaji sesaji itu mereka persembahkan kepada yang ghaib , dengan melaburkan enjet dan kuning telur ke tonggak dan makam makan , gumuk , pertigaan , tempat tempat angker , pepohonan dan pegunungan.

Orang Jawa sangat kenthal dengan ritual mistik , mereka mengirmati neptu , pasaran dan hari baik , juga menjaga tahun dari hari hari buruk , neptu pasaran buruk , dihindari tidak berangkat kerja pada saat takliwangje dan " Tahun".

Ritus Jawa yang kental dengan budaya syarat , jopo montro dan persembahan kepada yang ghaib membuat segalanya menjadi harmoni , saling menghargai , saling menghormati , dalam sisilah Mangkubumi dan Hamengku Buwono , dalam tradisi kratonan mustik Jawa lebih kenthal lagi , di rupakan benteng  tradisi grebeg dan tari tarian serta gamelan.

Beberapa kelompok masyarakat yang asyik menikmati ritual mitoni , tembuni , kelahiran , sunat, perkawinan bahkan kematian , semua syarat dengan ritual dan mistik.

$holihul - Filsafat IAiN sunan Kalijaga 1996

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun