Bisa kita lihat dalam kehidupan sehari -hari, Â dimana manjadi perempuan bali tidaklah mudah dan perempuan bali tidak selemah yang dibayangkan. Mereka tidak hanya mengurus diri sendiri dan rumah tangga saja, Â tetapi mereka ikut bekerja keras demi membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Biarpun perempuan menduduki kelas kedua setelah laki-laki tetapi hal ini sakarang sudah tidak benar. Â
Perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan. Â Perempuan bali dikenal sebagai wanita pekerja keras. Hal ini terlihat dimana banyaknya perempuan yang menggantikan posisi laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Â
Perempuan bali dianggap sebagai perempuan yang lemah tetapi hal ini tidak benar. Seringkali dapat dilihat perempuan bali mengambil pekerjaan kasar layaknya seorang pria  seperti bekerja sebagai tukang suun barang dipasar, tukang angkut pasir, kuli bangunan,  bahkan sering kita lihat nenek-nenek tua mereka rela memikul kayu bakar berjalan menempuh jarak berkilo-kilo jauhnya. Pekerjaan ini tidaklah semudah dan seringan yang dibayangkan.Â
Apalagi sering kita lihat wanita yang bekerja keras sambil menggendong anaknya. Â Tegakah seorang suami melihat istrinya melakukan pekerjaan sambil menggendong anak? Â
Sebagai seorang perempuan, pekerjaan ini tidaklah mudah dilakukan dan membutuhkan tenaga yang kuat. Â Hal ini mereka lakukan demi sesuap nasi untuk keluarganya. Â
Selain bekerja dan mengurus rumah tangga menjadi perempuan bali juga harus bisa membuat banten, Â mejejaitan, Â menyame braya dan lain sebagainya. Terlebih lagi, bali masih kental akan tradisi menyama braya. Â
Seiring perkembangan jaman dan teknologi, kita sebagai perempuan bali modern kekinian harus bisa multitasking. Â Disaat harus pulang malam setelah menyelesaikan pekerjaan, sesampai dirumah mereka tidaklah istirahat tetapi menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, Â mejejaitan, Â berupakara dan mengurus anak. Â Sehingga hal ini menjadi beban yang sangat berat bagi seorang perempuan bali. Â
Sering kita lihat sekarang ini laki-laki hanya bersantai dirumah tanpa mengurus anak dan tidak bekerja tetapi mereka malah berjudi, Â mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Â Seolah-olah hanya perempuan saja yang memenuhi kebutuhan rumah tangganya.Â
Dimanakah rasa kasihan sang suami kepada istrinya? Disaat istri mengeluh kepada suami dan menyuruh suami untuk bekerja dan sedikit tidaknya membantu meringankan beban istri justru sang suami membantah perkataan istrinya. Disinilah berat dan sedih yang dirasakan sebagai seorang perempuan.
Kita sebagai perempuan bali harus tetap semangat dan terus belajar supaya kita dikenal sebagai perempuan bali yang kuat dan tangguh meskipun memikul banyak beban. Perempuan bali bisa melakukan pekerjaan yang mestinya pekerjaan tersebut dikerjakan oleh laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H