Mohon tunggu...
Putu Ria Ratna Dewi
Putu Ria Ratna Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nim 2012061022

STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Kearifan Lokal Bali untuk Menciptakan Kerukunan dan Keharmonisan

17 November 2021   06:59 Diperbarui: 17 November 2021   07:38 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai toleransi pasti sudah tidak asing dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Bali. Toleransi merupakan suatu cara atau sikap untuk saling menghargai keberagaman dalam masyarakat. 

Masyarakat Bali masih kental akan budaya toleransinya. Toleransi ini erat kaitannya dengan keberagaman. Mengapa demikian? Karena sikap toleransi ini patut diterapkan dalam masyarakat yang beragam akan agama, budaya, kebiasaan dan lain-lain. 

Mengingat bahwa hidup dalam keberagaman tidak mudah dan tidak selalu mewujudkan sikap yang harmonis sehingga sangat perlunya kesadaran toleransi untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis.

Bali merupakan daerah yang mayoritas masyaraknya beragam Hindu tetapi juga selalu berdampingan dengan agama lain seperti agama Buddha, Kristen, Muslim, dan lain-lain. Meskipun adanya keberagaman tersebut, Bali tidak bisa dipisahkan dengan budayanya  yang sudah diwariskan secara turun-temurun yaitu kearifan lokal. Kehidupan  budaya Bali tidak bisa dilepaskan dengan kearifan lokal. 

Dimana masyarakat Bali mengakui adanya perbedaan desa, kala, patra. Dimana desa, kala, patra ini mengakibatkan adanya keberagaman atau perbedaan adat istiadat, kebiasaan antara desa yang satu dengan desa lainnya. 

Sehingga dengan adanya keberagaman ini masyarakat Bali ingin menciptakan hubungan yang harmonis sehingga mereka menerapkan dan melestarikan kesadaran toleransi. Dengan adanya sikap toleransi dan menerapkan konsep Tat twan asi maka dapat menciptakan hubungan yang baik dalam kehidupan masyarakat yang beragam.

Konsep Tat twam asi ini kemudian berkembang melalui kearifan lokal Bali yaitu nyame braya. Budaya nyama braye ini sudah mengakar dalam masyarakat Bali sejak jaman dulu. 

Nyama braye berarti kerabat jauh yang berbeda agama kemudian tinggal berdekatan dan menciptakan sikap saling tolong menolong. Seperti halnya di Bali, menyama braye masih kental dan sering dilaksanakan saat adanya upacara tiga bulanan, perkawinan, mepandes, upacara ngaben, kematian dan lain-lain. Penerapan nyama braye tidak hanya antar umat Hindu tetapi juga intar umat beragama. 

Disamping itu juga dalam nyama braye akan adanya interaksi dan komunikasi sehingga hal ini akan dapat menambah dan mempererat hubungan kita dengan orang lain. Kearifan lokal inilah yang membawa nama masyarakat Bali sebagai masyarakat yang ramah dimata dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun