Mohon tunggu...
Putu Iwan Wibawa
Putu Iwan Wibawa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tukang corat-coret kanvas digital dan kanvas betulan, corat coret buku kotak milik adik, tertarik dengan semua hal yang ada di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengenal Diri Sendiri Melalui Tulisan

15 Desember 2011   15:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya mulai juga menulis di kompasiana. Setelah beberapa bulan akun ini hanya sebagai penikmat, pengamat dan beberapa kali sebagai komentator. Beberapa rekan seperjuangan saya, sering melontarkan argumen, bahwa Indonesia selain negeri seribu pulau, juga negeri seribu komentator. Haha, kalau saja saya boleh daftar. Kemungkinan saya lulus untuk jadi bagian dari AKI alias Asosiasi Komentator Indonesia.

Baiklah, tidak ingin terlalu keluar dari judul tulisan saya kali ini. Saya ingin berbagi sedikit tentang menulis. Sejak kecil, selain hobi mencorat-coret tembok, saya juga memiliki sisi "autis" menulis. Entah menulis puisi, cerpen, sajak, sampai buku harian dan berbagi cerita melalui tulisan melalui sahabat pena saya di dalam dan di luar negeri. Melalui tulisan-tulisan ini saya berkembang, berubah menjadi pribadi yang setidaknya mulai menghargai diri saya sendiri. Lewat tulisan pula saya mulai mengenal dan mempelajari diri saya sendiri.

Beberapa kali secara tidak sengaja, tulisan--utamanya cerpen, saya tulis, ketik, dan print untuk kemudian saya buang. Karena merasa belum puas atas apa yang saya tulis. Ide dan gagasan yang timbul saat awal, seringkali tidak berujung sesuai dengan konsep awal yang diharapkan. Namun, suatu ketika kebiasaan saya tersebut, dilihat oleh seorang guru yang iseng memungut beberapa lembar cerpen saya yang telah terbuang di bak sampah. Beliau membacanya sambil bergumam dan merapikan kertas yang awalnya telah berbentuk gumpalan kertas. Akhirnya singkat kata, si ibu itu suka dengan tulisan saya. Beliau menghampiri saya sembari tersenyum, kemudian berkata, "Dik...tulisanmu bagus, tapi sayangnya, ceritanya terpotong-potong."

Saya hanya bisa diam, dan begitu pula dengan tulisan ini. Terpaksa saya potong di sini. Karena saya sudah agak mengantuk untuk bermain dengan tuts keyboard.

Selamat malam, sampai bertemu di tulisan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun