Penjelasan perbedaan proses jurnalisme dulu dan sekarang yang menuntut jurnalis memiliki skill multimedia.
Multimedia seperti yang sudah dibahas pada artikel saya membawa perubahan yang besar di dunia jurnalistik. Sekarang jurnalis dituntut memiliki skill lebih untuk mempu menghasilkan produk multimedia. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai perbedan proses jurnalisme dulu dan sekarang.
Lebih Menarik
Produk yang dihasilkan harus menarik karena sekarang audiens memiliki kendali yang lebih besar dari sebelumnya. Berkat perkembangan teknologi khususnya internet, audiens tidak lagi pasif dan berita mengalir sudah tidak satu arah. Sebelumnya dengan koran pembaca hanya terbatas dengan membalikan halaman koran dan membaca konten sebatas teks dan gambar. Sekarang audiens memiliki kendali, audiens dapat mengklik konten yang ingin dilihat. Dengan adanya multimedia berbentuk teks, gambar, video, atau interaksi maka audiens dapat memilih sendiri cara atau alur audiens melihat berita. Audiens dapat memilih subtopik mana yang ingin dilihat terlebih dahulu. Dari hal ini, maka konten yang diproduksi jurnalis harus menarik secara visual supaya audiens tergoda untuk melihatnya.Â
Lebih Lengkap
Produk akhir media yang memiliki bentuk yang banyak tentu membutuhkan proses produksi yang lebih panjang dari sebelumnya. Misal jurnalis dulu hanya perlu melakukan pencarian berita dan menuangkannya dalam koran versi teks dan gambar, sekarang jurnalis harus memiliki skill lebih untuk mampu menyajikan konten dalam model yang lebih beragam. Hal yang perlu diperhatikan adalah walaupun informasi disajikan dalam bentuk yang berbeda, konten pada tiap media harus saling melengkapi. Hindari pengulangan informasi karena dapat membuat audiens bosan dan kehilangan ketertarikan. Contoh pengulangan atau repetisi adalah informasi yang sama diberikan dalam bentuk teks dan dalam bentuk audio. Konten yang baik adalah ada integrasi media yang saling melengkapi.
Storytelling
Kelebihan jurnalisme sekarang adalah produsen dan konsumen berita tidak lagi dibatasi oleh jumlah halaman. Storyteling adalah menyampaikan informasi dengan bentuk cerita. Hal ini dilakukan supaya audiens memiliki pemahaman yang sama dan dapat dimengerti dengan cepat dan mudah. Multimedia memungkinkan storytelling dapat dengan baik dilakukan karena bentuk output yang beragam membuat audiens lebih tertarik untuk mengerti. Hal ini juga mendukung jurnalis dapat menjadi whistleblower yang lebih efektif karena audiens dapat memahami permasalahn yang ada dengan lebih mudah.
Dengan perbedaan diatas tersebut maka terdapat perubahan keadaan bagi jurnalis. Menurut McAdams(2014) terdapat beberapa ketentuan baru dalam pencarian jurnalis. Salah satunya adalah memiliki skill lebih untuk membuat konten multimedia. Jurnalis tidak hanya mampu menghasilkan berita yang berbobot namun juga menarik. Tidak hanya menulis beberapa hal yang mungkin perlu dipahami adalah seperti pembuatan video dan coding karena interaksi dan video adalah salah satu output dari jurnalisme multimedia. Beberapa pekerjaan menjelaskan bahwa secara utama, jurnalis harus mampu memproduksi konten dalam bentuk teks, gambar, video, dan interaksi dalma perkerjaan sehari-harinya.
Contoh produk multimedia di Indonesia adalah VIK atau Visual Interaktif Kompas. Beberapa media besar juga sudah memiliki halaman interaktifnya seperti antara yang memiliki halaman interaktif untuk beberapa topik pada setiap minggunya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H