Gambar dari http://www.micecartoon.co.id/welcome-the-reds/
Sebagaimana diberitakan oleh media mainstream, Tim Transisi bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga telah meluncurkan situs khusus www.laporsepakbola.com yang bisa digunakan masyarakat umum, khususnya pelaku sepakbola, yang hendak melaporkan adanya indikasi pengaturan skor hingga tunggakan gaji pemain. Hal ini dianggap telah menjawab posko pengaduan yang sempat diutarakan Menpora, Imam Nahrawi.
Sebagai pemerhati sepakbola, saya mengapresiasi langkah ini. Namun demikian, saya juga melihat ada unsur yang sedikit provokatif pada tagline Lihat! Lawan! Laporkan! – seolah menggiring mindset bahwa banyak bobrok yang perlu dilihat, dilawan dan dilaporkan. Saya pun setuju kalau kecurangan seperti kasus-kasus dalam pertandingan, penunggakan gaji, pengaturan skor dan kinerja wasit (yang tidak fair) memang perlu ditindaklanjuti. Itu benar adanya, hanya saja harus dilakukan dengan elegan.
Sebelum dibekukan, PSSI memiliki Badan Ajudikasi Sengketa Pemain yang berwenang untuk menyelesaikan perselisihan antara klub dan pemain bola yang terdaftar di Indonesia sesuai ketentuan Regulasi Badan Ajudikasi Pemain – sepanjang didukung oleh surat permohonan yang dibuat secara lengkap, jelas dan cermat, disertai dengan bukti permulaan yang cukup. Informasi seperti ini bisa dilihat pada laman dokumen resmi di website PSSI.
Yang saya perhatikan, inti permasalahan justru masih berada pada tata kelola dan quality control terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam agenda sepakbola nasional. Penyelesaian case by case, katakanlah gaji pemain, idealnya ditangani oleh pihak klub dan pemain ybs dengan merujuk pada perjanjian yang sebelumnya disepakati. Jika kondisi keuangan klub kolaps sehingga salah satu pihak dianggap gagal (wanprestasi), sejauh mana Tim Transisi bisa menyentuh itu? Nobody knows.
Publik sudah melihat sendiri bagaimana PSSI seakan ‘lepas tangan’ terhadap hal-hal yang sudah mencederai sportivitas dan ‘irritating’ seperti mafia skor dan ‘pemanfaatan’ tim nasional untuk promosi politik. Dalam harian Kompas Minggu (2013), Mice Cartoon juga pernah mengambil tema nasionalisme saat Indonesia kedatangan the reds Liverpool – sekaligus menyindir sepakbola kita yang miskin prestasi. Cerita tersebut seharusnya jangan terulang lagi.
Sebagai perbandingan, saya sempat mengunjungi website Football Association (“FA”) di Inggris dan melihat bagaimana cara mereka untuk tetap menjaga integritas pertandingan secara fair dan memberi warning bagi oknum perusak sepakbola, berikut terjemahannya:
Pengaturan Pertandingan, atau melanggar aturan taruhan FA, atau menggunakan informasi orang dalam pengaturan pertandingan, adalah hal yang serius.
FA, Komisi Perjudian dan perusahaan taruhan memiliki sistem canggih untuk memantau dan mendeteksi pelanggaran aturan taruhan. Organisasi-organisasi ini memberitahu kami masalah yang muncul di pasar tunai, telepon dan taruhan online.
Jika Anda mencoba untuk mengatur pertandingan, atau melanggar aturan taruhan FA, atau menyampaikan informasi dari dalam, Anda dipastikan akan tertangkap dan menerima tuduhan FA. FA memiliki kekuatan untuk mewawancarai Anda dan meminta Anda untuk menghasilkan catatan seperti rincian tagihan telepon, laporan rekening taruhan dan laporan bank.
Jika terbukti bersalah, maka ini dapat menyebabkan hukuman finansial, suspensi, dan dalam beberapa kasus, larangan seumur hidup.